Sabtu, 29 Juni 2013

Sistitis pada kehamilan


Sistitis adalah peradangan kandung kemih disebabkan oleh bakteri atau kuman lain. Paling sering E. Coli atau kuman lain pada saat pemasangan kateter. (Nugraheny Esti. 2010).
Sistitis adalah imflamasi kandung kemih yang paling serig disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra karena aliran balik dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks utrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432)
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal 1262)
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utama adalah E.coli,disamping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra wanita pendek,sistokel,adanya sisa air kemih yg tertinggal,disamping penggunaan kateter yg sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologi atau persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk kedalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan kateter bila tidak perlu. (Prawirohardjo. 2008: 510-511)

2.2      Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli :
a.   Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
b.   Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
c.   Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d.   Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
Jalur infeksi :
a.   Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita
b.   Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
c.   Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya appendisitis
d.   Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
2.4       Klasifikasi
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a.       Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
b.      Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
2.5       Patofisiologi
Merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum (kontaminasi) feces, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organisme gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora (E.Coli) pada tubuh pasien. Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur dan hiperplasi prostatik (penyebab yang paling sering terjadi). Infeksi saluran kemih atas penyebab infeksi kandung kemih.
2.6       Manifestasi Klinis
Sistitis adalah termasuk infeksi saluran kemih bagian bawah, yang memiliki kemungkinan 0,3-2% kejadian dari seluruh kasus ISK. Tanda dan gejala sistitis adalah sebagai berikut.
a.   Sebesar 95% infeksi terbatas pada kandung kemih.
b.   Nyeri pada daerah supra simpisis / nyeri / panas pada saat berkemih (disuria).
c.   Frekuensi berkemih meningkat dengan jumlah sedikit, kadang-kadang 1 Sampai dengan 2 tetes dikeluarkan sehingga timbul perasaan tidak puas.
d.   Hematuria
e.   Pada mikroskopik, ada peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, dan bakteri pada urin
f.    Edema pada kandung kemih
g.   Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
h.   Inkotinensia
i.    Eritema mukosa kandung kemih
j.    Demam, mual, muntah, lemah, dan kondisi umum menurun
k.   Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
(Fadlun, 2012:15)

2.7       Pemeriksaan Diagnostik
            Urinalisis :
-  Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb sedimen air kemih
-  Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih
Bakteriologis
- Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102-103 organisme koliform/ml urine plus piuria
-  Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna paa uji carik
2.8       Penatalaksanaan
Pengobatan meliputi cairan yang adekuat, analgesik vesika urinaria, seperti fenazopiridin (Pyridium), dan terapi anti mikroba. Mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap infeksi tergantung pada riwayat infeksi sebelumnya, terapi antimikroba sebelumnya, rawat inap, tindakan bedah, dan instrumentasi traktus urinarius. Basil koliformis gram negative merupakan organisme yang biasa diidentifikasi dari kasus tanpa komplikasi. Antimikroba yang tersering diberikan meliputi sulfisoksazol (Ganstrisin) (pada mulanya 2 gram dilanjutkan dengan 1 gram empat kali sehari) dan ampisilin (500 mg empat kali sehari per oral). Selama kehamilan ampisilin lebih disukai. Terapi dosis tunggal sering menyembuhkan wanita dewasa dengan gejala traktus urinarius bawah yang mulatimbulnya akut tanpa tanda traktus urinarius atas. Paduan yang direkomendasikan meliputi: sulfisoksazol (1gram), trimetoprim (160 mg) di kombinasi dengan sulfametoksazol (800 mg) dan amoksilin (3 gram). Pada “infeksi tanpa komplikasi”, terapi terutama bertujuan menghilangkan gejala. (Supriyadi, 1994: 169-170)
Bila luka pada kandung kemih disertai hamaturia. Pengaruh terhadap kehamilan serupa dengan bakteriuria. Pengobatan sama seperti bakteriuria ditambah bikarbonas natrikus untuk menetralisir kencing menjadi basa. (Nugraheny Esti. 2010)
Sistitis dapat diobati dengan sulfonamide, ampisilin, eritromisin. Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik diguakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak baik bagi janin atau ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar