Sabtu, 10 Mei 2014

METODE KALENDER DAN METODE SUHU BASAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan cukup cepat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 1971 yang berjumlah 118.000.000 jiwa meningkat dengan pesat menjadi 220.000.000 jiwa pada tahun 2005. Walaupun memiliki jumlah penduduk yang besar akan tetapi kualitas penduduk Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari Human Development Index (HDI) di mana Indonesia hanya berada pada rangking 108 dari 177 negara.
Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970 dimana tujuannya untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas, (Dyah, 2009).
Berdasarkan laporan SDKI 2012, pemakaian jenis kontrasepsi di Indonesia adalah kontrasepsi suntik (31,9%), pil (13,6%), Intra Uterine Devices (IUD) (3,9%), implant (3,3%), MOW (3,2%), MOP sebesar (0,2%), cara tradisional (4,0%) dimana pantang berkala (1,3%), metode senggama terputus (2,3%), dan lainnya (0,4%).
Pemakaian alat kontrasepsi pada wanita kawin kelompok  umur 15-19 tahun  dan 45-49 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang berumur 20-44 tahun. Wanita  muda cenderung  untuk memakai alat kontrasepsi modern jangka pendek seperti suntikan dan pil KB, sementara mereka yang lebih tua cenderung  untuk memakai kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi wanita, (SDKI, 2012).

B.       Tujuan
a.       Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang metode KB alamiah metode kalender dan metode suhu basal

b.       Tujuan Khusus
-         Dapat mengetahui tentang pengertian KB metode kalender dan metode suhu basal
-         Dapat mengetahui tentang keuntungan dan keterbatasan KB metode kalender dan metode suhu basal
-         Dapat memberikan asuhan pada ibu akseptor KB


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Metode Kalender
1.         Pengertian
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur  dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-9 siklus menturasinya, (Handayani, 2010).

2.        Dasar
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang. Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang. Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa ada jarang wanita yang mempunyai siklus haid teratur 28 hari. Untuk dapat menggunakan metode ini kita harus menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir, (Handayani, 2010).

3.        Keuntungan metode kalender, (Handayani, 2010)
a.       Keuntungan kontraseptif
-         Dapat digunakan untuk mencegah atau mendapatkan kehamilan
-         Tanpa resiko kesehatan yang berkaitan dengan metodenya
-         Tanpa efek samping sistemik
-         Murah
b.       Keuntungan non-kontraseptif
-         Pengetahuan meningkat tentang sistem reproduksi
-         Hindari persetubuhan selama fase kesuburan dari siklus haid dimana kemungkinan hamil sangat besar
-         Kemungkinan hubungan yang lebih dekat  diantara pasangan
-         Keterlibatan pihak laki-laki meningkat dalam perencanaan keluaraga.

4.       Keterbatasan/kekurangan metode kalender, (Handayani, 2010)
-         Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa menggunakan dengan benar
-         Memerlukan pemberi asuhan (non-medis) yang sudah terlatih
-         Memerlukan penahan nafsu selama fase kesuburan untuk menghindari kehamilan

5.       Efektifitas
Efektifitasnya bergantung pada keikhlasan mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan, (Handayani, 2010).

6.       Intruksi/ cara penggunaan metode kalender
Menurut Handayani (2010), seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
a.       Mengurang 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal masa subur nya. Asal angka 18=14+2+2 hari hidup spermatoza
b.       Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya. Asal angka 11+14-2-1 hari hidup ovum
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi (Handayani, 2010):
a.       Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya
b.       Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c.        Ovum hidup selam 24 jam
Contoh perhitungan masa subur dengan metode kalender:
Ny. A menyatakan telah mengamati siklus haidnya selama 8 bulan dan didapatkan data bahwa siklus haid terpendeknya 25 hari dan siklus terpanjangnya 30 hari. Hitung perkiraan masa subur yang di alami oleh Ny A.
Jawab :
Hari pertama persangkaan
Masa subur  = siklus terpendek – 18
= 25 – 18
= 7

Hari terakhir persangkaan
Masa subur = siklus terpanjang – 11
= 30 – 11
= 19
Jadi Ny A harus abstinen/tidak melakukan hubungan seksual pada hari ke-7 sampai dengan hari 19 dari siklus mentrurasi.
7.       Siapa yang bisa menggunakan/indikasi, (Handayani, 2010)
Wanita/pasangan :
a.       Dari semua usia subur
b.       Dari semua paritas, termasuk wanita nullipara
c.        Yang oleh karena alasan religius atau filosofis tidak bisa menggunakan metode lain
d.       Tidak bisa memakai metode lain
e.        Bersedia menahan nafsu birahi lebih dari seminggu setiap siklus
f.         Bersedia dan terdorong untuk mengamati, mencatat dan menginterpresikan tidak menggunakan/kontra indikasi

8.       Siapa yang seharusnya tidak menggunakan/kontra indikasi, (Handayani, 2010)
a.       Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi
b.       Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus) kecuali MOB
c.        Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
d.       Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid
e.        Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya

9.       Yang mungkin memerlukan konseling tambahan wanita, (Handayani, 2010)
a.       Yang karena masalah umur, paritas atau kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu hal yang beresiko tinggi
b.       Yang siklus haid nya tidak menentu
c.        Yang pasangannya tidak mau bekerjasama (menahan nafsu) selama saat-saat tertentu dalam siklus tersebut

B.       Metode Suhu Basal
1.         Pengertian
Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi, (Handayani, 2010).
Suhu basal badan adalah suhu dasar badan anda, yaitu suhu saat sedang istirahat dan tidak mempunyai banyak tekanan. Perubahan suhu basal badan wanita dalam satu siklus menstruasi akan membentuk pola tertentu apabila di catat dengan baik. Dalam keadaan normal (sebelum dan sesudah ovulasi). Suhu basal badan mengalami perubahan yang menetap dan berulang. Dengan melakukan pencatatan suhu setiap hari, titik-titik itu bisa kita hubungkan hingga membentuk gambar kurva atau gravik yang khas, (Cahyono, 2008).

2.        Dasar
Peningkatan suhu badan basal 0,2 – 0,5  pada waktu ovulasi. Peningkatan suhu badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi dan disebabkan oleh peningkatan kadar hormon progesteron, (Handayani, 2010).

3.        Efektifitas metode suhu basal
Efektifitas metode suhu basal badan cukup baik dengan angka kegagalan 0,3 – 6,6 kehamilan pada 100 wanita pertahun, (Handayani, 2010).
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun, daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola cara rintangan , misalnya kondom atau obat spermatisida disamping pantang berkala, (Sulistyawati, 2012).

4.       Keuntungan metode suhu basal, (Handayani, 2010)
a.       Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur
b.       Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi.
c.        Dapat membantu menunjukkan perubahan tubuh lain selain lender servik.
d.       Berada dalam kendali wanita
e.        Dapat digunakan untuk mencegah atau meningkatkan kehamilan

5.       Kekurangan metode suhu basal, (Handayani, 2010)
a.       Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
b.       Membutuhkan motivasi
c.        Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, kurang tidur, stress/tekanan emosional, alkohol, penggunaan sedatifa, imunisasi, iklim, dan gangguan saluran cerna
d.       Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari ini akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal.
e.        Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga mempersulit untuk mencapai kehamilan
f.         Membutuhkan masa pantang yang panjang/lama, karena ini hanya mendeteksi masa pasca ovulasi sehingga abstinen sudah harus dilakukan pada masa pra ovulasi.

6.       Teknik Pencatatan, (Cahyono, 2008)
Alat dan bahan:
a.     Termometer suhu basal (termometer digital).
b.     Grafik catatan suhu basal.
c.      Pena atau pensil.

Waktu : Mulai berhentinya haid, setiap pagi hari.

Cara pengukuran:
a.     Segera ukur suhu setelah bangun tidur sebelum bangkit dari tempat tidur dan melakukan aktivitas lainnya (ke kamar mandi, makan, minum, ngobrol). Serta dilakukan kurang waktu yang sama.
b.     Waktu pengukuran yang bervariasi lebih dari 1 jam.
c.      Pengukuran suhu di tiga tempat:
1.         Mulut
Ujung termometer diletakkan di bawah lidah dengan bibir tertutup selama ± 5 menit. Jika menggunakan termometer digital ±1 menit.
2.        Vagina
Termometer dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan. Waktu pencatatan ± 3 menit.
3.        Anus
Olesi terlebih dahulu ujung termometer dengan jelly. Termometer dimasukkan ke dalam anus dengan perlahan. Posisi badan berbaring pada salah satu sisi dan lutut ditarik ke atas. Waktu pencatatan ± 3 menit.
d.     Untuk akurasi, bila salah satu metode telah dipilih untuk digunakan, sebaiknya tidak menggantinya sampai siklus berikutnya.
e.      Membuat grafik catatan suhu basal dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu melalui sebuah titik pada lokasi yang sesuai. Titik-titik ini kemudian dihubungkan untuk membentuk sebuah grafik. Jika terjadi lupa pengukuran, titik-titik tersebut tidak boleh disambung.
-         Termometer manual ~ jika air raksa berhenti di antara dua angka, angka terendahlah yang dicatat.
-         Termometer digital ~  hanya mencatat satu angka desimal.
f.       Termometer sebaiknya dibersihkan dengan kapas dan air dingin.
g.     Segala sesuatu yang tidak biasa, seperti demam, tidur larut, atau sebaiknya dicatat.
Beberapa informasi berharga bisa didapatkan dari pencatatan ini (Cahyono, 2008):
a.     Perbedaan suhu sesudah dan sebelum ovulasi adalah 0,4-0,6 oC.
b.     Pada siklus yang berovulasi, suhu tubuh digambarkan dangan grafik yang bersifat bifasik.
c.      Pada siklus yang tidak berovulasi, suhu tubuh digambarkan dengan grafik yang bersifat monofasik.
d.     Suhu akan tetap tinggi selama 12-14 hari kemudian menurun lagi dengan datangnya haid berikutnya.
e.      Jika telah terjadi konsepsi kenaikan suhu akan menetap lebih dari 19 hari.




BAB III
TINJAUAN KASUS

A.      Metode Kalender
Asuhan Kebidanan pada Ibu Akseptor KB
Di BPS Jeumpa
Tanggal                : 26 Maret 2014
Pukul                    : 17.00 WIB

S      :          Ny. A usia 21 tahun datang ke BPS untuk mendapatkan informasi tentang KB. Ibu memiliki 1 orang anak berusia 2 bulan. Ibu mengatakan bahwa tidak cocok menggunakan KB hormonal dan juga mengatakan kram perut saat haid. Sebelumnya ibu pernah mendengar tentang metode kalender dan tertarik menggunakannya.
O     :          keadaan umum : baik
                   Kesadaran        : compos mentis
                   BB        : 55 kg
                   TB        : 156 cm
TTV     : TD        : 135/100 mmHg
                   N          : 80 x/menit
                   RR       : 20 x/menit
                   T           : 37,6 oC
Pemeriksaan lainnya dalam batas normal
A    :        Ibu akseptor KB kalender
P     :       - memberitahu ibu hasil pemeriksaan
-         Memberikan konseling tentang KB metode kalender
-         Memberitahu ibu bahwa untuk dapat menggunakan metode ini, ibu harus menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Jika nantinya siklus haid ibu teratur, ibu bisa menggunakan metode ini. Tapi jika tidak teratur, metode ini tidak efektif untuk ibu
-         Memberikan konseling tentang metode-metode KB lainnya
-         Ibu mengerti apa yang disampaikan, ibu akan mendiskusikan kembali dengan suami mengenai KB yang akan dipakainya

B.       Metode Suhu Basal
Asuhan Kebidanan pada Ibu Akseptor KB
di BPS Jeumpa
Tanggal                : 26 Maret 2014
Pukul                    : 20.00 WIB

S     :           Ny. A usia 21 tahun datang ke BPS untuk mendapatkan informasi tentang KB. Ibu memiliki 1 orang anak berusia 2 bulan. Ibu mengatakan selama ini berhubungan seksual dengan memakai alat kontrasepsi kondom, namun ibu tertarik untuk menggunakan KB alamiah metode suhu basal.
O     :          keadaan umum : baik
                   Kesadaran        : compos mentis
                   BB        : 55 kg
                   TB        : 156 cm
TTV     : TD        : 120/80 mmHg
                   N          : 76 x/menit
                   RR       : 20 x/menit
                   T           : 37,6 oC
Pemeriksaan lainnya dalam batas normal
A    :        Ibu akseptor KB suhu basal
P     :       - memberitahu ibu hasil pemeriksaan
-         Memberikan konseling tentang KB metode suhu basal
-         Memberitahu ibu teknik pencatatan metode suhu basal
-         Memberitahu ibu untuk tetap menggunakan kondom selama proses awal sampai ibu merasa yakin dengan hasil suhu basalnya
-         Memberikan konseling tentang metode-metode KB lainnya
-         Ibu mengerti apa yang disampaikan, ibu merasa senang dengan metode KB yang dipilihnya.


BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur  dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-9 siklus menturasinya, (Handayani, 2010).
Metode suhu basal adalah suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi, (Handayani, 2010).
Suhu basal badan adalah suhu dasar badan anda, yaitu suhu saat sedang istirahat dan tidak mempunyai banyak tekanan. Perubahan suhu basal badan wanita dalam satu siklus menstruasi akan membentuk pola tertentu apabila di catat dengan baik. Dalam keadaan normal (sebelum dan sesudah ovulasi). Suhu basal badan mengalami perubahan yang menetap dan berulang. Dengan melakukan pencatatan suhu setiap hari, titik-titik itu bisa kita hubungkan hingga membentuk gambar kurva atau gravik yang khas, (Cahyono, 2008).

B.       Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya dan berguna bagi penulis pula. Oleh karena itu, diharapkan kritik serta saran yang dapat membangun dan meningkatkan dalam penulisan makalah di masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Cahyono dan Andari. 2008. Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal. Solo: Aqwamedika.
Dyah, Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika
Handayani, Sri, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Bencana. Jakarta: Salemba Medika.