Minggu, 12 Januari 2014

vaksin campak




A.    Campak (Measles)
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular yang ditandai dengan batuk,demam,konjungtivitis (peradangan pada selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Campak merupakan penyebab kematian bayi umur < 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Campak berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa atau pandemic. (cahyono,2010)

B.     Penyebab dan cara penyebaran
Campak disebabkan oleh paramikso virus. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada hidung,tenggorokan dan saluran pernapasan. Penularan penyakit campak sangat cepat melalui udara atau semburan ludah (droplet) yang terhisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. (cahyono,2010)

C.     Tanda dan gejala
Penampilan klinis campak dapat dibagi menjadi 3 tahap,yaitu :
·         Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan tanda dan gejala sakit.
·         Fase kedua (prodormal) barulah timbul gejala yang mirip flu seperti batuk,pilek dan demam tinggi dapat mencapai 38°- 40° C,mata merah berair,mulut muncul putih (bercak koplik) dan kadang disertai mencret
·         Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam yang terjadi. Namun,bercak tak langsung muncul diseluruh tubuh,melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga,leher,dada,muka,tangan dan kaki. Warnanya pun khas,merah dengan ukuran tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam satu minggu. (cahyono,2010)

gambar bayi yang terkena campak

Vaksin Campak
o   Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
o   Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering
o   tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan
o   vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
o   Penyimpanan :Freezer, suhu -20ยบ C
o   Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
o   Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan,
o   beserta pelarut 5 ml (aquadest)
o   Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
(probandari,2013)

D.    Dosis dan cara pemberian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0.5 ml. Untuk vaksin hidup,pemberian 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan melalui subkutan walaupun demikian dapat juga diberikan secara intramuscular. (Vivian,2011)
Gambar lokasi penyutikan vaksin campak

E.     Kontraindikasi
Kontraindikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi,sedang memperoleh pengobatan imunosupresi,hamil,memiliki riwayat alergi dan sedang memperoleh pengobatan immunoglobulin atau kontak dengan darah. (Vivian,2011)
F.      Alat dan bahan menurut buku imunisasi probandari (2013) :
1.      Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2.      Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es
3.      Kapas alcohol
4.      Sarung tangan
Prosedur :
1.      Cuci tangan
2.      Gunakan sarung tangan
3.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4.      Ambil vaksin campak sesuai anjuran
5.      Atur posisi bayi (bayi dipangku ibu,lengan kanan bayi dilipat diketiak ibunya. Ibu menopang kepala bayi,tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6.      Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7.      Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
8.      Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum dengan sudut 45°
9.      Setelah vaksin habis,tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
10.  Lepas sarung tangan
11.  Cuci tangan
12.  Catat reaksi yang terjadi

Adaptasi fisiologi bayi baru lahir



BAB I
PENDAHULUAN

1.   LATAR BELAKANG
            Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.

            Saat lahir, bayi baru lahir harus beraadaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadimandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan internal ke lingkungan eksternal. saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa.

2.   RUMUSANMASALAH
1)    Bagaimanakah perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir?
2)    Bagaiman cara penerapan perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir?

3.   TUJUAN
1.    Agar dapat memahami konsep tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir.
2.    Agar dapat mengetahui penerapan perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir.
3.    Agar dapat mengetahui tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir


BAB II
PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN

            Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstrauteri. Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intrauteri. (Aziz Alimul , 2008)

            Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologi yang cepat dan hebat. Kelangsungan hidup bergantungan pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang cepat dan teratur.agar pertukaran efisien, alveolus paru yang semula berisi cairan harus terisi oleh udara. (Kenneth J , 2009 )

            Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus . Apabila terjadi gangguan adaptasi maka bayi akan sakit.Terutama pada bayi yang kurang bulan, biasanya terdapat berbagai gangguan mekanisme adaptasi.Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, pencernaan , metabolisme, dan pengaturan suhu).

2.      Perubahan fisiologi bayi baru lahir

a.      Adaptasi Sistem Pernapasan

      Perubahan system ini diawali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam system pernapasan. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung,respon refleks terhadap obstruksi nasal,membuka mulut mempertahankan jalan napas .Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal bernapas yang dapat dipengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik yang merangsang pusat pernapasan medulla oblongata di otak. Selain itu juga terjadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru. Kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi system pernapasan itu sendiri dengan system kariovaskuler. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30-60 kali per menit (Barbara,2001)

b.      Adaptasi Sistem peredaran darah
       Saat paru-paru mengembang akan menarik darah dari arteri pulmonalis sehingga duktus arteriosus botali tertutup. Pada saat darah mengalir ke paru-paru,O2 dalam darah akan dihisap masuk ke alveoli sedangkan CO2 akan dikeluarkan melalui jalan pernapasan . Pada saat tali pusat diikat dan di potong,hubungan peredaran darah ibu dan bayi terputus (Syaifuddin,2009)
      Pada system peredaran darah  terjadi perubahan fisiologi pada bayi baru lahir yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktusarteriosus antara arteri paru dan aorta (Syaifuddin,2009)

c.       Adaptasi sistem pengaturan suhu tubuh
      Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar (lingkungan) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalau kulit yang dapat mendinginkan darah bayi. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga berlangsungnya proses adaptasi
( Aziz alimul,2008) 
Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya candangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis (Barbara,2001)
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannnya :
a)      Konduksi
Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung. Contoh: menimbang bayi tanpa alas timbangan,menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b)      Konveksi
Jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara. Contoh : membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.
c)      Radiasi
Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda.
Contoh : bayi baru lahir dibiarkan telanjang atau dibiarkan tidur di ruangan yang menggunakan AC tanpa diberikan penghangat ruangan.
d)     Evaporasi
Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap. Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai,tingkat kelembaban udara,aliran udara yang dilewati.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,antara lain : mengeringkan bayi,menyelimuti bayi dengan selimut,menutup kepala bayi dan menganjurkan memeluk bayi saaat menyusui (Muslihatun Wafi Nur , 2008)

d.      Adaptasi Metabolisme glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa akan dipertahankan oleh si bayi itu serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengalami atau memperbaiki kondisi tersebut, maka dilakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI ) , penggunaan candangan glikogen ( glikogenesis ), dan pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya lemak   ( glukoneonesis ). Sseorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati. (Aziz Alimul,2008)

e.       Adaptasi Sistem Gastroitestinal
Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai. Repleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir. Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih terbatas, mengingat hubungan esophagus bahwa dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dapat kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30 cc. (Aziz Alimul,2008)
Enzim-enzim digestif aktif pada waktu lahir dan dapat menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu. Pengeluaran mekonium diekskresikan dalam waktu 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang normal (Barbara,2001)
f.       Adaptasi Sistem Kekebalan tubuh
Perkembangan system imunitas pada bayi juga mengalami proses penyusaian dengan dengan perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi saluran nafas, dan pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya system kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball,1999 )
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organism penyerang di pintu masuk (mulut,hidung) . Fagositosis lambat,keasaman lambung dan produksi pepsin dan trpsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu . Immunoglobulin A (Ig A) hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan. (Barbara,2001)
g.      Adaptasi ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama lahir,setelah itu berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat,noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat (Barbara,2001)
h.      Adaptasi Hati
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir,hati terus membantu pembentukan darah. Selama periode neonates,hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstrauterin,pada saat bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi. (Barbara,2001)

Daftar istilah
Hipoksia : kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.
Hipoglikemia : kandungan glukosa darah yg menurun secara abnormal, dapat menimbulkan gemetar, keringat dingin, sakit kepala disertai dng kebingungan, halusinasi, tindakan aneh, akhirnya kejang-kejang, dan koma
Asidosis : adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh (darah dan cairan tubuh lainnya). Kondisi adalah kebalikan dari alkalosis, yaitu cairan tubuh terlalu basa (alkali).
Enzim digestif : enzim yang terdapat di saluran pencernaan. Contoh : enzim ptyalin,pepsin




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstrauteri. Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologi yang cepat dan hebat. Kelangsungan hidup bergantungan pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang cepat dan teratur.
Perubahan adaptasi pada bayi baru lahir meliputi system peredaran darah, pernapasan, metabolisme glukosa, gastrointestinal dan kekebalan tubuh. 

B. Saran
1.      Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.
2.      Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.