Minggu, 12 Januari 2014

Hipertensi dalam Kehamilan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang Masalah
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil.
Hipertensi pada kehamilan bisa saja terjadi pada wanita manapun. Namun hal ini tentu tidak semua mengalaminya. Tergantung bagaimana kondisi si calon ibu itu sendiri. Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi, tekanan yang diakibatkan dari aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga menekan dan merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Kondisi demikian jika tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg. Oleh karena itu wanita hamil perlu menjaga kondisi kesehatannya dengan baik agar saat proses kelahiran dapat berjalan dengan selamat.

1.2       Rumusan Masalah
1.    Apakah defenisi dari hipertensi itu?
2.    Apakah penyebab hipertensi dalam kehamilan?
3.    Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan ?
1.3       Tujuan Penulisan Makalah
a.    Menambah wawasan pengetahuan dan konsep keilmuan  hipertensi dalam kehamilan
b.    Dapat mengetahui secara dini penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan






BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian
            Hipertensi didefinisikan  keadaan dengan tekanan darah diastolic minimal 90 mmHg atau tekanan sistolik minimal 140 mmHg atau kenaikan tekanan diastolic minimal 15 mmHg dan  kenaikan sistolik minimal 30 mmHg. Tekanan darah harus diukur  paling sedikit 2 kali dalam selang waktu 6 jam ( Cunningham. 1995)
Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi gestasional) didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah yang timbul pada paruh kedua masa kehamilan atau dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Kenaikan tekanan darah ini tidak disertai dengan tanda-tanda lain preeklamsi atau hipertensi kronis yang mendasarinya dan bisa sembuh dalam waktu 10 hari setelah persalinan  
( Cunningham. 1995)

2.      Tanda dan gejala
·         Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam  kehamilan, oleh karena itu tekanan diastolik  mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien.
·         Diagnosis  hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik >90 mmHg pada pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.
·         Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam :

A.    Hipertensi karena kehamilan
·         Lebih sering pada primigravida,. Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindrom inflamasi
·         Resiko meningkat pada :
- masa plasenta besar  (pada gemelli, penyakit trofoblas )
- diabetes mellitus
- isoimunisasi rhesus

3.      Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan

a.        Preklamsia.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria preklamsia juga terbagi yakni preklamsia ringan dan preklamsia berat. Preeklamsi adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,edema atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili korialis. Eklamsia didiagnosis bila pada wanita dengan criteria klinis preeklamsia,timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis lain seperti epilepsy.
Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
ü  Tekanan diastolik > 110 mmHg
ü  Proteinuria > 2+
ü  Oliguria <400 ml per 24 jam
ü  Edema paru : nafas pendek, sianosis, rhonkhi
ü  Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan
ü  Gangguan penglihatan ( penglihatan berkabut)
ü  Nyeri kepala hebat
ü  Hiperrefleksia
ü  Mata : spasme arteriolar, edema , ablasio retina
Preeklampsia ringan
Jika kehamilan <37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan , lakukan penilaiaan 2 kali seminggu secara rawat jalan :
·         Pantau  tekanan darah, proteinuria, refleks,dan kondisi janin
·         Lebih banyak istirahat
·         Diet biasa
·         Tidak perlu diberikan obat- obatan
·         Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit  :
-          diet biasa
-          pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari
-          tidak perlu obatan
-          tidak perlu diuretic
-          jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
-          kontrol 2 x seminggu
-          jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali
-          jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu , pertimbangkan terminasi :
-          Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU ml dekstrose IV 10 tetes / menit atau dengan prostaglandin (Saifuddin,2009)

b.       Eklamsia
              Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma. (Saifuddin,2009)

Preeklampsia berat dan eklampsia
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan  harus berlangsung  dalam  12 jam setelah timbulnya kejang pada ekslampsia.

·         Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg.
·         Pasang infus RL ( jarum 16 gauge )
·         Ukur keseimbangan cairan jangan sampai overload
·         Kateterisasi urin  untuk pengeluaran volume dan proteinuria
·         Jangan tinggalkan pasien sendiri
·         Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung  janin setiap jam
·         Auskultasi paru untuk  mencari tanda-tanda edema paru
·         Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside.

Antihipertensi
·         Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan  selama 5 menit sampai tekanan darah turun
·         Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan :
-          nifedipine 5 mg sublingual, jika respon tidak bauk dalam 10 menit , beri tambahan  5 mg sublingual
-          labetolol 10 mg IV. Yang  jika respon tidak baik  setelah 10 menit, diberikan  lagi labetolol 20 mg IV. (Saifuddin,2009)

c.        Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi gestasional) didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah yang timbul pada paruh kedua masa kehamilan atau dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Kenaikan tekanan darah ini tidak disertai dengan tanda-tanda lain preeklamsi atau hipertensi kronis yang mendasarinya dan bisa sembuh dalam waktu 10 hari setelah persalinan (Saifuddin,2009)
d.       Edema
Edema dalam kehamilan (edema gestasional) ditandai dengan dengan adanya retensi cairan yang berlebihan tanpa disertai hipertensi dan membaik selama kehamilan. Walaupun jarang ditemukan proteinuria dalam kehamilan (proteinuria gestasional) kadang-kadang terjadi melebihi 300 mg per hari tanpa disertai hipertensi,edema,infeksi ginjal ataupun penyakit vascular lainnya. Gabungan proteinuria dan hipertensi selama kehamilan akan meningkatkan secara nyata risiko kematian perinatal ( Cunningham. 1995)
e.        Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang mungkin disebabkan oleh faktor herediter serta dipengaruhi oleh faktor emosi dan lingkungan.
1.      Diagnosis
Diagnosis hipertensi esensial dibuat jika tekanan darah 140/100 atau lebih, sebelum wanita menjadi hamil atau menunjukkan kenaikan tekanan darah sebelum kenaikan mencapai 20 minggu tanpa disertai gejala-gejala preeklamsia, glomerulonefritis atau pielonefritis. Untuk menilai keadaan penderita dan prognosis, perlu juga dilakukan pemeriksaan jantung, urine, faal ginjal, dan funduskopi.

2.      Gejala
Wanita hamil yang mengalami hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain kecuali hipertensi. Hipertensi esensial jinak paling banyak dijumpai dengan tekanan darah sekitar 140/90 sampai 160/100. Hipertensi jarang berubah menjadi ganas secara mendadak hingga mencapai sistolik 200 mmHg atau lebih. Gejala-gejala seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal baru timbul dalam waktu lama dan penyakit terus berlanjut. Gejala lain yang muncul, antara lain :
a.       Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm.
b.      Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30% wanita akan menunjukkan kenaikan tekanan darahnya, namun tanpa gejala.
c.       20% wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok, dapat disertai proteinuria dan edema (preeklamsia tidak murni) dengan keluhan sakit kepala, nyeri epigastrium, oyong, mual, muntah, dan gangguan penglihatan (visus).
3.      Insidensi
Hipertensi esensial banyak dijumpai pada 1%-3% dari seluruh kehamilan. Hipertensi sering dijumpai pada multipara berusia lanjut dan kira-kira 20% dari kasus toksemia gravidarum.
4.      Dalam kehamilan
Intervensi
a.       Anjurkan menaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsoltasikan kepada ahli.
b.      Anjurkan wanita cukup istirahat dan harus tidur malam sekurang-kurangnya 8-10 jam dan tidur siang sedikitnya 2 jam. Kurangi pekerjaan rumah tangga dan hindari  situasi yang mencetuskan stres.
c.       Cegah penambahan berat badan yang agresif. Anjurkan diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam.
d.      Lakukan pengawasan pada pertumbuhan janin secara teliti.
e.       Lakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus jika diperlukan, seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan lain-lain (Yulaikhah, lily. 2008)

f.        HIPERTENSI (KRONIS) YANG TIMBUL BERSAMAAN
                Semua hipertensi kronis dengan penyebab apa pun, akan memudahkan timbulnya superimposed preeclampsia atau superimposed eclampsia. Kelainan ini sering menimbulkan permasalahan yang sulit dalam menegakan diagnosis dan menentukan penatalaksanaan pada wanita yang tidak mengikuti perawatan antenatal hingga paruh-kedua masa kehamilan. Diagnosis hipertensi kronis/hipertensi yang timbul bersamaan, ditunjukkan oleh keadaan berikut ini: (1) hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sebelum masa kehamilan, (2) hipertensi yang diketahui sebelum minggu ke-20 kehamilan (kecuali terdapat penyakit trofoblas), atau (3) tambahan yang mendukung dignosis adalah riwayat multiparitas dan hipertensi yang mempersulit kehamilan sebelumnya yang bukan kehamilan pertama.
            Jika ibu hamil tidak memeriksa dirinya hingga-kedua masa kehamilan, diagnosis hipertensi kronis akan sulit dibuat, karena tekanan darah biasanya menurun selama trimester kedua dan ketiga pada wanita dengan hipertensi kronis. Jadi ibu hamil yang menderita penyakait vaskuler kronis dan baru memeriksaakan diri untuk pertama kali pada minggu ke-20 kehamilannya, sering memeliki tekanan darah yang normal. Namun selama trimester ketiga, tekanan darah akan kembali keadaan hipertensi sebelumnya ( Cunningham. 1995)

B.     Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah  hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan. Hipertensi kronis adalah penyakit hipertensi yang menetap dengan penyebab apa pun dan sudah diderita sebelum kehamilan atau timbul sebelum minggu ke-20 tanpa adanya mola hidatidosa atau perubahan molar yang luas atau hipertensi yang menetap selama 6 minggu postpartum.

Pencegahan :
-          pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan , malah dapat membahayakan janin
-          manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum terbukti.
Penangganan :
Jika kehamilan < 37 minggu , tangani secara rawat jalan :
·         Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi  janin setiap minggu
·         Jika tekanan darah meningkat, tangganin sebagai preeklampsia
·         Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangankan terminisasi kehamilan (Saifuddin,2009)

4.      Teori Mengenai Penyebab Hipertensi Karena Kehamilan
            Setiap teori yang memuaskan harus memperhitungkan hasil pengamatan berikut ini  : Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat  oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada wanita yang  (1) terpapar vili korialis untuk pertaman kalinya (2) terpapar vili korialis yang tedapat dengan jumlah yang sangat berlimpah, seperti pada kehamilan kembar atau pada mula hidatidadosa (3) mempunyai riwayat penyakit paskuler, (4) mempunyai kecendrungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan .
            Meskipun vili korialis merupakan faktor penting, namun organ tidak harus mendukung janin atau terletak didalam uterus. Kemungkinan bahwa mekanisme imuniologis di samping indrokin dan ginetik turut terlibat dalam proses terjadinya preeklamsia, masih menjadi masalah mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana pembentukan antibodi penghemat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen pada plasenta terganggu, misalnya pada saat terapi imunosupresif untuk melindungi cangkok ginjal selama kehamilan ; atau bilamana trerdapat imunisasi yang kurang efektif dari kehamilan sebelumnya, seperti pada kehamilan pertama. (Yulaikhah, lily. 2008)
            Preeklamsia mungkin lebih sering terdapat pada wanita dari keluarga yang tidak mampu ; namun, pada awal tahun 1900-an eklamsia diyakini lebih sering terdapat pada wanita lebih kelas menengah dan atas. Bahkan hasil pengamatan itu menyebabkan hipotesis yang menyatakan bahwa makanan yang kurang mengandung protein sebangai penyebab penurunan insiden eklamsia (Yulaikhah, lily. 2008)
5.        Pencegahan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan

Pencegahan kejadian hipertensi dalam kehamilan secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup sehat,tidak terlalu banyak fikiran,mengatur diet pola makan seperti rendah garam rendah kolesterol,dan lemak jenuh,meningkatkan komsumsi buah dan sayuran, tidak mengkomsumsi alkohol dan rokok, Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter
Kewaspadaan kebidanan :
Pengakhiran kehamilan, baik yang muda maupun yang cukup bulan harus dipikirkan jika terdapat tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau preeklamsia berat), apalagi jika janin sudah meninggal dalam kandungan. Pengakhiran kehamilan ini dirundingkan antardisiplin ilmu dengan ahli penyakit dalam, apakah memeang terdapat ancaman terhadap jiwa ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar