Sistitis
adalah peradangan kandung kemih disebabkan oleh bakteri atau kuman lain. Paling
sering E. Coli atau kuman lain pada saat pemasangan kateter. (Nugraheny Esti.
2010).
Sistitis
adalah imflamasi kandung kemih yang paling serig disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra karena aliran balik dari uretra ke dalam kandung kemih
(refluks utrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistokop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432)
Sistitis
adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana
terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal
1262)
Sistitis
adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran
kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman
penyebab utama adalah E.coli,disamping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Faktor
predisposisi lain adalah uretra wanita pendek,sistokel,adanya sisa air kemih yg
tertinggal,disamping penggunaan kateter yg sering dipakai dalam usaha
mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologi atau persalinan. Penggunaan
kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk
kedalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan kateter bila tidak
perlu. (Prawirohardjo. 2008: 510-511)
2.2 Etiologi
Pada
umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis
atau kalkuli :
a. Batang
gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
b. Organisme-organisme
ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan
infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli
atau obstruksi.
c. Pada
wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria
biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
Jalur
infeksi :
a. Tersering
dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
b. Infeksi
ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
c. Penyebaran
infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya
appendisitis
d. Pada
laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
2.4 Klasifikasi
Sistitis
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a.
Sistitis primer, merupakan radang yang
mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti
batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
b.
Sistitis sekunder, merupakan gejala yang
timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis.
2.5 Patofisiologi
Merupakan
asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa
sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan
periuretral, rektum (kontaminasi) feces, efek mekanik coitus, serta infeksi
kambuhan organisme gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa
uretra, vagina dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika
perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora (E.Coli) pada tubuh pasien.
Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur dan hiperplasi prostatik
(penyebab yang paling sering terjadi). Infeksi saluran kemih atas penyebab
infeksi kandung kemih.
2.6 Manifestasi
Klinis
Sistitis
adalah termasuk infeksi saluran kemih bagian bawah, yang memiliki kemungkinan
0,3-2% kejadian dari seluruh kasus ISK. Tanda dan gejala sistitis adalah
sebagai berikut.
a. Sebesar 95% infeksi terbatas pada kandung
kemih.
b. Nyeri pada daerah supra simpisis / nyeri /
panas pada saat berkemih (disuria).
c. Frekuensi berkemih meningkat dengan jumlah
sedikit, kadang-kadang 1 Sampai dengan 2 tetes dikeluarkan sehingga timbul
perasaan tidak puas.
d. Hematuria
e. Pada mikroskopik, ada peningkatan jumlah
leukosit, sejumlah eritrosit, dan bakteri pada urin
f. Edema pada kandung kemih
g. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
h. Inkotinensia
i. Eritema mukosa kandung kemih
j. Demam, mual, muntah, lemah, dan kondisi umum
menurun
k. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
(Fadlun,
2012:15)
2.7 Pemeriksaan
Diagnostik
Urinalisis
:
- Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb
sedimen air kemih
- Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air
kemih
Bakteriologis
- Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi, 102-103 organisme koliform/ml urine plus piuria
- Tes kimiawi
: tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna paa uji carik
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan
meliputi cairan yang adekuat, analgesik vesika urinaria, seperti fenazopiridin
(Pyridium), dan terapi anti mikroba. Mikroorganisme yang bertanggung jawab
terhadap infeksi tergantung pada riwayat infeksi sebelumnya, terapi antimikroba
sebelumnya, rawat inap, tindakan bedah, dan instrumentasi traktus urinarius.
Basil koliformis gram negative merupakan organisme yang biasa diidentifikasi
dari kasus tanpa komplikasi. Antimikroba yang tersering diberikan meliputi
sulfisoksazol (Ganstrisin) (pada mulanya 2 gram dilanjutkan dengan 1 gram empat
kali sehari) dan ampisilin (500 mg empat kali sehari per oral). Selama
kehamilan ampisilin lebih disukai. Terapi dosis tunggal sering menyembuhkan
wanita dewasa dengan gejala traktus urinarius bawah yang mulatimbulnya akut
tanpa tanda traktus urinarius atas. Paduan yang direkomendasikan meliputi: sulfisoksazol
(1gram), trimetoprim (160 mg) di kombinasi dengan sulfametoksazol (800 mg) dan
amoksilin (3 gram). Pada “infeksi tanpa komplikasi”, terapi terutama bertujuan
menghilangkan gejala. (Supriyadi, 1994: 169-170)
Bila
luka pada kandung kemih disertai hamaturia. Pengaruh terhadap kehamilan serupa
dengan bakteriuria. Pengobatan sama seperti bakteriuria ditambah bikarbonas
natrikus untuk menetralisir kencing menjadi basa. (Nugraheny Esti. 2010)
Sistitis
dapat diobati dengan sulfonamide, ampisilin, eritromisin. Perlu diperhatikan
obat-obat lain yang baik diguakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan
tetapi mempunyai pengaruh tidak baik bagi janin atau ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar