Pengendalian infeksi
A. Sejarah pengendalian infeksi di rumah sakit
Pada 1847,
seorang dokter bernama Ignaz Semmelweis bekerja di bagian kebidanan di sebuah
rumah sakit di Vienna, Austria. Semmelweis mengamati bahwa angka kematian di
antara ibu di bangsal yang dilayani oleh mahasiswa kedokteran tiga kali lebih
tinggi dibandingkan bangsal yang dilayani oleh bidan. Semmelweis mendalilkan
bahwa hal ini terjadi karena mahasiswa langsung ke bangsal kebidanan setelah
belajar otopsi (bedah mayat), dan membawa infeksi dari mayat ke ibu yang
melahirkan. Dia memerintahkan dokter dan mahasiswa untuk mencuci tangannya
dengan larutan klorin sebelum memeriksakan ibu tersebut. Setelah aturan ini
diterapkan, angka kematian menurun menjadi serupa dengan bangsal yang dilayani
oleh bidan.
Dengan
masalah infeksi nosokomial menjadi semakin jelas, dicari kebijakan baru untuk
menguranginya. Solusi pertama pada 1877 adalah mendirikan rumah sakit khusus
untuk penyakit menular. Pengenalan sarung tangan lateks pada 1887 membantu
mengurangi penularan. Tetapi dengan peningkatan mortalitas (angka kematian) di
1960-an, Departemen Kesehatan di AS pada 1970 mengeluarkan kebijakan untuk
mengisolasikan semua pasien yang diketahui tertular infeksi menular. Namun
kebijakan ini kurang berhasil serta menimbulkan banyak masalah lain. Perhatian
pada masalah ini menjadi semakin tinggi dengan munculnya HIV pada 1985,
kebijakan kewaspadaan universal dikenalkan pada 1985.
B. Pengertian
prinsip pencegahan infeksi :
Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan
Pengertian infeksi :
• interaksi anti mikroorganisme dengan penjamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi, mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara, kontak langsung kuman tertentu
Tujuan :
• Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan
• Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik seperti episiotomi, menyuntik, periksa dalam atau Seksio Sesaria
• Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan AIDS
• Mengurangi terjadinya infeksi
• Memberikan perlindungan terhadap klien, nakes
Aplikasi Kewaspadaan Standar :
• Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi
• Membudayakan cuci tangan
• Menggunakan barier protektif (misalnya: sepatu, masker, kacamata, gaun bedah, sarung tangan)
• Penggunaan aseptik dan antiseptik
• Memproses instrumen agar aman digunakan
• Budaya aman dalam setiap prosedur
• Pengelolaan limbah berbahaya secara adekuat
Sesuai
dengan kebijakan ini yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang diketahui
terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini
menentukan tujuh kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular,
ganas, dll.). Kewaspadaan khusus (sarung tangan dsb.) dengan tingkat yang
ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk pasien ini.
Teknik
isolasi mengurangi jumlah infeksi nosokomial, tetapi timbul beberapa tantangan:
- Peningkatan dalam jenis dan jumlah infeksi menular, sehingga semakin banyak tes harus dilakukan, dan semakin banyak pasien harus diisolasi
- Hasil tes sering diterima terlambat, sering setelah pasien pulang
- Biaya sangat tinggi, bila semua orang dites untuk setiap infeksi
- Stigma dan diskriminasi meningkat bila hanya pasien yang dianggap berisiko tinggi dites untuk menenkankan biaya
- Hasil tes dapat negatif palsu (hasil negatif walau terinfeksi), terutama dalam masa jendela, dengan akibat petugas layanan kesehatan kurang waspada
- Sebaliknya hasil tes positif palsu (hasil positif walau tidak terinfeksi), dengan akibat kegelisahan untuk pasien dan petugas layanan kesehatan
- Perhatian pada hak asasi mengharuskan pasien memberi informed consent (disertai oleh konseling untuk HIV) – apa yang dilakukan bila pasien tidak menyetujui tes?
- Sangat sulit menjaga kerahasiaan
Komponen proses terjadinya penyakit :
1. Reservoir
2. Penyebab penyakit
3. Jalan masuk
4. Cara keluarnya penyebab penyakit dari hos
5. Kepekaan penjamu
Tindakan Pencegahan infeksi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan tehnik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.
1. Reservoir
2. Penyebab penyakit
3. Jalan masuk
4. Cara keluarnya penyebab penyakit dari hos
5. Kepekaan penjamu
Tindakan Pencegahan infeksi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan tehnik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.
D.
Aspek
yang paling penting adalah cuci tangan
Ada 2 kategori organisme yang ada di Tangan yaitu:
1. Organisme Residen: Organisme ini tidak hilang secara permanen.
Contohnya adalah : S.aureus
2. Organisme Transien: organisme ini disebabkan karena kontak langsung sehingga mudah dengan cuci tangan secara efektif.
Contohnya adalah :bakteri E.Colli .
Yang harus digunaakan untuk mencuci tangan adalah:
• Dekontaminasi tangan dengan rutin
• Desinfeksi kulit (handyclean)
Mencuci tangan
Gunakan sabun, air bersih mengalir 10-15 detik dan pakai handuk pribadi atau tissue
Sebagai alternatif, dapat gunakan bilasan alkohol-gliserin (asalkan tangan tak kotor secara fisik)
Larutan Alkohol/Gliserin
• Tambahkan 2 ml gliserin kedalam 100 ml larutan alkohol 60-90%.
• Tuangkan sebanyak 3 to 5 ml dan gosokkan pada kedua belah tangan selama 2-5 menit, diperlukan sejumlah 6-10 ml untuk keseluruhan proses.
Beberapa istilah yang digunakan untuk mencegah infeksi:
1. ASEPSIS:
Adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi
Tujuannya:
Membasmi jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan dan obyek mati (alat-alat bedahdan barang-barang yang lain)
2. STERILISASI
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri.jamur,parasit dan virus)termasuk endospora bakteri pada benda mati atau instrument dengan cara uap air panas tekanan tinggi (otoklaf),panas kering (oven),sterilan kimia atau radiasi.
3. DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri pada benda mati dengan cara merebus,mengukus atau penggunaan desinfektan kimiawi.
4. Disinfektan
Adalah bahan kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme.
Contoh larutan disinfektan:
1. Klorin Pemutih 0.5% : untuk dekontaminasi permukaan yang lebar.
2. Klorin 0,1% : untuk DTT kimia.
3. Glutaraldehida 2% : digunakan untuk DTT kimia ataun sterilisasi kimia dan biasanya harganya mahal.
5. Dekontaminasi
Adalah proses yang membuat objek mati dan lebih aman ditangani staf sebelum dibersihkan (menginaktifasi serta menurunkan HBV,HIV tetapi tidak membasmi)
6. Pembersihan
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah,cairan tubuh,benda asing dari kulit atau instrument.
Peralatan Perawatan Pasien
·
Tangani peralatan yang tercemar
dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan
mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
·
Cuci peralatan bekas pakai sebelum
digunakan kembali
Pembersihan Lingkungan
·
Perawatan rutin, pembersihan dan
desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
Instrumen Tajam
·
Hindari memasang kembali penutup
jarum bekas
·
Hindari melepas jarum bekas dari
semprit habis pakai
·
Hindari membengkokkan, mematahkan
atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan
·
Masukkan instrument tajam ke dalam
tempat yang tidak tembus tusukan
Resusitasi Pasien
·
Usahakan gunakan kantong
resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung
mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
Penempatan Pasien
·
Tempatkan pasien yang
mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi
Sejak AIDS
diketahui, kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal (KU) dikembangkan.
Kebijakan ini menganggap bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain dapat
mengandung infeksi, tidak memandang status sumbernya. Lagi pula, semua alat
medis harus dianggap sebagai sumber penularan, dan penularan dapat terjadi pada
setiap layanan kesehatan, termasuk layanan kesehatan gigi dan persalinan, pada
setiap tingkat (klinik dan puskesmas sampai dengan rumah sakit rujukan). Harus
ditekankan bahwa kewaspadaan universal dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi
terhadap penularan HIV tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain
yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, mis. virus hepatitis B dan
C. Petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara
penuh dalam hubungan dengan SEMUA pasien.
Kita
biasanya menganggap cairan yang dapat menular HIV sebagai darah, cairan kelamin
dan ASI saja. Namun ada cairan lain yang dapat mengandung kuman lain, dan dalam
sarana kesehatan, lebih banyak cairan tubuh biasanya tersentuh. Contohnya,
walaupun tinja tidak mengandung HIV, cairan berikut mengandung banyak kuman
lain:
- Nanah
- Cairan ketuban
- Cairan limfa
- Ekskreta: air seni, tinja
- dll...
F. Pengertian infeksi dalam kehamilan
Adalah : masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh wanita hamil,yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala penyakit.
Adalah : masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh wanita hamil,yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala penyakit.
Masalah infeksi dalam kehamilan yaitu:
♦ infeksi dalam kehamilan,persalinan dan nifas.
♦ Beragamnya mikroorganisme penyebab dan lebarnya kisaran variasi gejala.
♦Morbiditas pada ibu dan Janin.
Upaya Penanganan :
● Upaya pencegahan merupakan cara yang paling menguntungkan
● Kenali gejala dan jenis pemeriksaan yang spesifik.
● Tegakkan diagnosis sedini mungkin
● Lakukan isolasi terhadap transmisi dan konseling bila penyakit tersebut menular
● Pilih terapi paling efektif tetapi aman bagi ibu dan janin.
● Bila perlu,lakukan rawat inap.stbilisasi kondisi dan segera atasi setiap komplikasi.
● Berikan terapi suportif dan asuhan mandiri pascatatalaksana
Jelas ada
beberapa kegiatan yang umum dilakukan oleh petugas layanan kesehatan yang
menimbulkan risiko, termasuk:
- Suntikan/ambil darah
- Tindakan bedah
- Tindakan kedokteran gigi
- Persalinan
- Bersihkan darah/cairan lain
Sebaliknya
ada beberapa perilaku yang salah, yang menempatkan petugas layanan kesehatan
atau pasien dalam keadaan berisiko, termasuk :
- Tutup jarum suntik kembali
- Salah letak jarum atau pisau/alat tajam
- Sentuh pasien tanpa cuci tangan
Unsur
kewaspadaan universal yang berikut melindungi terhadap tindakan ini:
- Cuci tangan
- Pakai alat pelindung yang sesuai
- Pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum suntik dan semprit)
- Dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi
- Pengelolaan limbah
Unsur kedua
kewasapadaan universal adalah penggunaan alat pelindung yang sesuai tindakan.
Alat yang dibutuhkan dapat hanya sarung tangan (mis. untuk ambil darah) hingga
semua alat ini yang dibutuhkan oleh seorang bidan waktu membantu kelahiran.
Namun perawat yang hanya menyentuh pasien tidak membutuhkan sarung tangan –
yang penting cuci tangan sebelum dan sesudahnya.
- Sarung tangan
\
Bila kontak dengan darah, cairan
tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi
\
Bila kontak dengan selaput lendir
dan kulit terluka
- Celemek
\
Lindungi kulit dari kontak dengan
darah dan cairan tubuh
\
Cegah pakaian tercemar selama
tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
- Masker – pelindung muka - kacamata
\
Mengantisipasi bila terkena,
melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan
cairan tubuh
- Pelindung kaki
- Kain
\
Tangani kain tercemar, cegah dari
sentuhan kulit/selaput lendir
\
Jangan melakukan prabilas kain
yang tercemar di area perawatan pasien
Kewaspadaan
universal tidak hanya dibutuhkan dalam sarana kesehatan resmi, tetapi juga
terkait perawatan di rumah. Sekali lagi, tujuan utama adalah untuk melindungi
Odha dan keluarga/tim perawatan dari berbagai infeksi, bukan hanya HIV – justru
risiko penularan HIV pada keluarga di rumah sangat amat rendah. Jadi kita harus
menganggap sebagian besar cairan tubuh sebagai sumber infeksi.
Prosedur
kewaspadaan universal untuk perawatan di rumah serupa dengan di rumah sakit,
hanya mungkin lebih sederhana. Bila tidak ada sarung tangan, secara darurat
kita dapat memakai kantong plastik yang utuh. Yang penting kita menutup semua
luka pada kulit dengan plester luka. Mungkin yang paling penting adalah untuk
menjaga kebersihan di rumah. Cucian biasanya tidak membutuhkan perhatian khusus
asal tidak tercermar cairan; bila tercemar lebih baik dicuci dengan pemutih
dulu (larutan klorin 0,5%) dengan memakai sarung tangan, kemudian dapat dicuci
dengan sabun seperti biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar