BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva.
Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan
ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan.
Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan
tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat
periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil.
Hipertensi pada kehamilan bisa saja terjadi pada wanita
manapun. Namun
hal ini tentu tidak semua mengalaminya. Tergantung bagaimana kondisi si calon
ibu itu sendiri. Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi, tekanan yang diakibatkan dari
aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga menekan dan merusak dinding arteri
pada pembuluh darah. Kondisi demikian jika tekanan darah diatas 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg. Oleh karena itu
wanita hamil perlu menjaga kondisi kesehatannya dengan baik agar saat
proses kelahiran dapat berjalan dengan selamat.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah defenisi dari hipertensi itu?
2. Apakah penyebab hipertensi dalam
kehamilan?
3. Bagaimanakah asuhan kebidanan pada
ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan ?
1.3 Tujuan
Penulisan Makalah
a. Menambah wawasan pengetahuan
dan konsep keilmuan hipertensi dalam
kehamilan
b. Dapat mengetahui secara dini
penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Hipertensi
didefinisikan keadaan dengan tekanan
darah diastolic minimal 90 mmHg atau tekanan sistolik minimal 140 mmHg atau
kenaikan tekanan diastolic minimal 15 mmHg dan
kenaikan sistolik minimal 30 mmHg. Tekanan darah harus diukur paling sedikit 2 kali dalam selang waktu 6
jam ( Cunningham. 1995)
Hipertensi
dalam kehamilan (hipertensi gestasional) didefinisikan sebagai kenaikan tekanan
darah yang timbul pada paruh kedua masa kehamilan atau dalam waktu 24 jam
setelah persalinan. Kenaikan tekanan darah ini tidak disertai dengan
tanda-tanda lain preeklamsi atau hipertensi kronis yang mendasarinya dan bisa
sembuh dalam waktu 10 hari setelah persalinan
( Cunningham. 1995)
( Cunningham. 1995)
2.
Tanda
dan gejala
·
Tekanan darah diastolik merupakan
indikator dalam penanganan hipertensi dalam
kehamilan, oleh karena itu tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung
keadaan emosional pasien.
·
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah
diastolik >90 mmHg pada pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.
·
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi
dalam :
A.
Hipertensi
karena kehamilan
·
Lebih sering pada primigravida,.
Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang
diikuti sindrom inflamasi
·
Resiko meningkat pada :
- masa plasenta
besar (pada gemelli, penyakit trofoblas
)
- diabetes mellitus
- isoimunisasi rhesus
3.
Klasifikasi hipertensi dalam
kehamilan
a.
Preklamsia.
Preeklampsia adalah
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria
preklamsia juga terbagi yakni preklamsia ringan dan preklamsia berat.
Preeklamsi adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,edema
atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang
luas pada vili korialis. Eklamsia didiagnosis bila pada wanita dengan criteria
klinis preeklamsia,timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit
neurologis lain seperti epilepsy.
Preeklampsia
berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala
berikut:
ü Tekanan
diastolik > 110 mmHg
ü Proteinuria
> 2+
ü Oliguria
<400 ml per 24 jam
ü Edema
paru : nafas pendek, sianosis, rhonkhi
ü Nyeri
daerah epigastrium atau kuadran atas kanan
ü Gangguan
penglihatan ( penglihatan berkabut)
ü Nyeri
kepala hebat
ü Hiperrefleksia
ü Mata
: spasme arteriolar, edema , ablasio retina
Preeklampsia
ringan
Jika
kehamilan <37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan , lakukan
penilaiaan 2 kali seminggu secara rawat jalan :
·
Pantau
tekanan darah, proteinuria, refleks,dan kondisi janin
·
Lebih banyak istirahat
·
Diet biasa
·
Tidak perlu diberikan obat- obatan
·
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat
dirumah sakit :
-
diet biasa
-
pantau tekanan darah 2 x sehari,
proteinuria 1 x sehari
-
tidak perlu obatan
-
tidak perlu diuretic
-
jika tekanan diastolik turun sampai
normal pasien dapat dipulangkan
-
kontrol 2 x seminggu
-
jika tekanan diastolik naik lagi, rawat
kembali
-
jika proteinuria meningkat, tangani
sebagai preeklampsia berat
Jika
kehamilan > 37 minggu , pertimbangkan terminasi :
-
Jika serviks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 5 IU ml dekstrose IV 10 tetes / menit atau dengan
prostaglandin (Saifuddin,2009)
b.
Eklamsia
Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada
penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma. (Saifuddin,2009)
Preeklampsia
berat dan eklampsia
Penanganan
preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam
12 jam setelah timbulnya kejang pada ekslampsia.
·
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg,
berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg.
·
Pasang infus RL ( jarum 16 gauge )
·
Ukur keseimbangan cairan jangan sampai
overload
·
Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
·
Jangan tinggalkan pasien sendiri
·
Observasi tanda-tanda vital, refleks,
dan denyut jantung janin setiap jam
·
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
·
Nilai pembekuan darah dengan uji
pembekuan bedside.
Antihipertensi
·
Obat pilihan adalah hidralazin, yang
diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5
menit sampai tekanan darah turun
·
Jika hidralazin tidak tersedia dapat
diberikan :
-
nifedipine 5 mg sublingual, jika respon
tidak bauk dalam 10 menit , beri tambahan
5 mg sublingual
-
labetolol 10 mg IV. Yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg IV. (Saifuddin,2009)
c.
Hipertensi
Gestasional
Hipertensi gestasional
adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan
tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi gestasional) didefinisikan sebagai
kenaikan tekanan darah yang timbul pada paruh kedua masa kehamilan atau dalam
waktu 24 jam setelah persalinan. Kenaikan tekanan darah ini tidak disertai
dengan tanda-tanda lain preeklamsi atau hipertensi kronis yang mendasarinya dan
bisa sembuh dalam waktu 10 hari setelah persalinan (Saifuddin,2009)
d.
Edema
Edema
dalam kehamilan (edema gestasional) ditandai dengan dengan adanya retensi
cairan yang berlebihan tanpa disertai hipertensi dan membaik selama kehamilan.
Walaupun jarang ditemukan proteinuria dalam kehamilan (proteinuria gestasional)
kadang-kadang terjadi melebihi 300 mg per hari tanpa disertai
hipertensi,edema,infeksi ginjal ataupun penyakit vascular lainnya. Gabungan
proteinuria dan hipertensi selama kehamilan akan meningkatkan secara nyata
risiko kematian perinatal ( Cunningham. 1995)
e.
Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit
hipertensi yang mungkin disebabkan oleh faktor herediter serta dipengaruhi oleh
faktor emosi dan lingkungan.
1. Diagnosis
Diagnosis hipertensi esensial
dibuat jika tekanan darah 140/100 atau lebih, sebelum wanita menjadi hamil atau
menunjukkan kenaikan tekanan darah sebelum kenaikan mencapai 20 minggu tanpa
disertai gejala-gejala preeklamsia, glomerulonefritis atau pielonefritis. Untuk
menilai keadaan penderita dan prognosis, perlu juga dilakukan pemeriksaan
jantung, urine, faal ginjal, dan funduskopi.
2. Gejala
Wanita hamil yang mengalami
hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain kecuali hipertensi. Hipertensi
esensial jinak paling banyak dijumpai dengan tekanan darah sekitar 140/90
sampai 160/100. Hipertensi jarang berubah menjadi ganas secara mendadak hingga
mencapai sistolik 200 mmHg atau lebih. Gejala-gejala seperti kelainan jantung,
arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal baru timbul dalam waktu
lama dan penyakit terus berlanjut. Gejala lain yang muncul, antara lain :
a. Kehamilan
dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm.
b. Pada
kehamilan setelah 30 minggu, 30% wanita akan menunjukkan kenaikan tekanan
darahnya, namun tanpa gejala.
c. 20%
wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok, dapat
disertai proteinuria dan edema (preeklamsia tidak murni) dengan keluhan sakit
kepala, nyeri epigastrium, oyong, mual, muntah, dan gangguan penglihatan
(visus).
3. Insidensi
Hipertensi esensial banyak dijumpai
pada 1%-3% dari seluruh kehamilan. Hipertensi sering dijumpai pada multipara
berusia lanjut dan kira-kira 20% dari kasus toksemia gravidarum.
4. Dalam
kehamilan
Intervensi
a. Anjurkan
menaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsoltasikan
kepada ahli.
b. Anjurkan
wanita cukup istirahat dan harus tidur malam sekurang-kurangnya 8-10 jam dan
tidur siang sedikitnya 2 jam. Kurangi pekerjaan rumah tangga dan hindari situasi yang mencetuskan stres.
c. Cegah
penambahan berat badan yang agresif. Anjurkan diet tinggi protein, rendah
hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam.
d. Lakukan
pengawasan pada pertumbuhan janin secara teliti.
e. Lakukan
pemeriksaan dan pengawasan khusus jika diperlukan, seperti elektrokardiografi
fetal, ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah
janin, dan lain-lain (Yulaikhah, lily. 2008)
f.
HIPERTENSI
(KRONIS) YANG TIMBUL BERSAMAAN
Semua hipertensi kronis
dengan penyebab apa pun, akan memudahkan timbulnya superimposed preeclampsia atau superimposed
eclampsia. Kelainan ini sering menimbulkan permasalahan yang sulit dalam
menegakan diagnosis dan menentukan penatalaksanaan pada wanita yang tidak
mengikuti perawatan antenatal hingga paruh-kedua masa kehamilan. Diagnosis
hipertensi kronis/hipertensi yang timbul bersamaan, ditunjukkan oleh keadaan
berikut ini: (1) hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sebelum masa kehamilan,
(2) hipertensi yang diketahui sebelum minggu ke-20 kehamilan (kecuali terdapat
penyakit trofoblas), atau (3) tambahan yang mendukung dignosis adalah riwayat
multiparitas dan hipertensi yang mempersulit kehamilan sebelumnya yang bukan
kehamilan pertama.
Jika
ibu hamil tidak memeriksa dirinya hingga-kedua masa kehamilan, diagnosis
hipertensi kronis akan sulit dibuat, karena tekanan darah biasanya menurun
selama trimester kedua dan ketiga pada wanita dengan hipertensi kronis. Jadi
ibu hamil yang menderita penyakait vaskuler kronis dan baru memeriksaakan diri
untuk pertama kali pada minggu ke-20 kehamilannya, sering memeliki tekanan
darah yang normal. Namun selama trimester ketiga, tekanan darah akan kembali
keadaan hipertensi sebelumnya ( Cunningham. 1995)
B. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah
hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
Hipertensi kronis adalah penyakit hipertensi yang menetap dengan penyebab apa
pun dan sudah diderita sebelum kehamilan atau timbul sebelum minggu ke-20 tanpa
adanya mola hidatidosa atau perubahan molar yang luas atau hipertensi yang
menetap selama 6 minggu postpartum.
Pencegahan :
-
pembatasan kalori, cairan, dan diet
rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan , malah dapat
membahayakan janin
-
manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain
dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum terbukti.
Penangganan :
Jika
kehamilan < 37 minggu , tangani secara rawat jalan :
·
Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
kondisi janin setiap minggu
·
Jika tekanan darah meningkat, tangganin
sebagai preeklampsia
·
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangankan terminisasi kehamilan
(Saifuddin,2009)
4.
Teori
Mengenai Penyebab Hipertensi Karena Kehamilan
Setiap teori yang memuaskan harus
memperhitungkan hasil pengamatan berikut ini
: Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada
wanita yang (1) terpapar vili korialis
untuk pertaman kalinya (2) terpapar vili korialis yang tedapat dengan jumlah
yang sangat berlimpah, seperti pada kehamilan kembar atau pada mula hidatidadosa
(3) mempunyai riwayat penyakit paskuler, (4) mempunyai kecendrungan genetik
untuk menderita hipertensi dalam kehamilan .
Meskipun vili korialis merupakan
faktor penting, namun organ tidak harus mendukung janin atau terletak didalam
uterus. Kemungkinan bahwa mekanisme imuniologis di samping indrokin dan ginetik
turut terlibat dalam proses terjadinya preeklamsia, masih menjadi masalah
mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada
keadaan dimana pembentukan antibodi penghemat terhadap tempat-tempat yang
bersifat antigen pada plasenta terganggu, misalnya pada saat terapi
imunosupresif untuk melindungi cangkok ginjal selama kehamilan ; atau bilamana
trerdapat imunisasi yang kurang efektif dari kehamilan sebelumnya, seperti pada
kehamilan pertama. (Yulaikhah, lily. 2008)
Preeklamsia mungkin lebih sering
terdapat pada wanita dari keluarga yang tidak mampu ; namun, pada awal tahun
1900-an eklamsia diyakini lebih sering terdapat pada wanita lebih kelas
menengah dan atas. Bahkan hasil pengamatan itu menyebabkan hipotesis yang
menyatakan bahwa makanan yang kurang mengandung protein sebangai penyebab
penurunan insiden eklamsia (Yulaikhah, lily. 2008)
5.
Pencegahan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan
Pencegahan kejadian hipertensi dalam kehamilan secara umum agar
menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup
sehat,tidak terlalu banyak fikiran,mengatur diet pola makan seperti rendah
garam rendah kolesterol,dan lemak jenuh,meningkatkan komsumsi buah dan sayuran,
tidak mengkomsumsi alkohol dan rokok, Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti
petunjuk yang disarankan oleh dokter
Kewaspadaan kebidanan :
Pengakhiran
kehamilan, baik yang muda maupun yang cukup bulan harus dipikirkan jika
terdapat tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau preeklamsia
berat), apalagi jika janin sudah meninggal dalam kandungan. Pengakhiran
kehamilan ini dirundingkan antardisiplin ilmu dengan ahli penyakit dalam,
apakah memeang terdapat ancaman terhadap jiwa ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar