BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan
program pendidikan kesehatan sangat besar perananya guna mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kesehatan ini harus didukung
oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program pendidikan kesehatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya menyadarkan
mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. Kesehatan sendiri adalah ilmu
dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui pendidikan dan perilaku kesehatan.
Dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarat , maka perlu dilakukan pendidikan ,khususnya
ditujukan pada masyarakat maka dari itu penulis tertarik mengambil judul
makalah “Ruang Lingkup, Metode serta Alat Bantu dan Media
dalam Pendidikan Kesehatan”.
B.
Tujuan
1. Mengetahui
ruang lingkup pendidikan kesehatan.
2. Mengetahui
metode pendidikan kesehatan.
3. Mengetahui
alat bantu dan media dalam pendidikan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan.
Ruang
lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain
dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan
dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
Dimensi sasaran pendidikan, pendidikan
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni :
a.
Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b.
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c.
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
Dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasi,
pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya
sasarannya berbeda pula, misalnya :
a.
Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.
b.
Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah-rumah sakit dengan
sasaran pasien atau keluarga pasien, di
puskesmas, dan sebagainya.
c.
Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan,
pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five
levels of prevention) dari Leavel dan Clark, sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan (health
promotion)
Dalam
tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan
gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi
lingkungan, higiene perorangan, dll.
b. Perlindungan khusus (specific
protection)
Dalam
program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan
kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini
karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan
terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak- anaknya masih rendah.
c. Diagnosis dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and prompt treatment)
Dikarenakan rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit maka
sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan
kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan
kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan
pada tahap ini.
d. Pembatasan cacat (disability
limitation)
Oleh
karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit
terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Oleh karena
itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah
sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk
memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan tertentu.
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau
segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat
setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.
Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota
masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan
bukan saja untuk orang yang cacat tersebut tetapi juga perlu pendidikan
kesehatan kepada masyarakat.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan
dapat dilihat dari berbagai dimensi kesehatan antara lain dimensi sasaran,
dimensi tempat pelaksanaan dan dimensi tempat pelayanan.
Dimensi sasaran dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu,
pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan
masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
Dimensi tempat pelaksanaan, artinya
beda tempat beda pula sasarannya, contohnya, pendidikan kesehatan di sekolah
yang sasarannya adalah murid sekolah tersebut, pendidikan kesehatan di rumah
sakit sasaranya adalah pasien atau keluarga pasien, pendidikan kesehatan di
tempat-tempat kerja sasarannya adalah buruh atau karyawan yang bersangkutan.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan
menurut Leavel dan Clark dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan
(five levels of prevention) yaitu;
- Health promotion (peningkatan kesehatan), peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain: pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamatan tumbuh kembang anak, pengadaan rumah sehat, konsultasi perkawinan, pendidikan sex, pengendalian lingkungan, program P2M, stimulasi dan bimbingan dini, program kesehatan lingkungan dan penyuluhan untuk suatu pencegahan penyakit.
- General and specific protection (perlindungan umum dan khusus) yaitu perlindungan umum atau khusus adalah usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan kepada seseorang maupun masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut antara lain: imunisasi dan hygiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, perlindungan diri dari dari lingkungan, kesehatan kerja, perlindungan diri dari karsinogen, toksin dan allergen dan pengendalian sumber-sumber pencemaran dan lain-lain.
- Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat), usaha ini dilakukan karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, sehingga sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi, bentuk usaha tersebut antara lain: penemuan kasus secara dini, pemeriksaan umum lengkap, pemeriksaan masal, survey terhadap kontak, sekolah, dan rumah serta penanganan kasus.
- Disability limitation (pembatasan kecacatan) merupakan bentuk pendidikan kesehatan yang terdiri dari penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita dan sebagainya.
- Rehabilitation (rehabilitasi) pendidikan kesehatan pada tahap ini diperlukan agar seseorang yang sembuh dari suatu penyakit tertentu tetapi mengalami suatu kecacatan dapat masyarakat dapat menerima dia kembali sebagai anggota masyarakat yang normal tanpa membedakan perlakuannya.
2.
Metode Pendidikan Kesehatan.
Metode
pendidikan kesehatan yaitu, meliputi:
v Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk
dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1)
Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2)
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah
perilaku)
b. Interview (wawancara)
1)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi
itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
v Metode pendidikan Kelompok
Metode
pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada
besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari
satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1)
Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap
kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan
pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak
ada dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
3)
Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4)
Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain,
dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5)
Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan
tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai
pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6)
Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok.
Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco
(penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian
lagi berperan sebagai nara sumber.
v Metode pendidikan Massa
Pada
umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Contoh :
a.
Ceramah umum (public speaking), dilakukan pada acara tertentu,
misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan
lain.
b.
Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c.
Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio
adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter
Herman Susilo” di Televisi.
d.
Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu
siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam
bentuk artikel maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit
juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board,
yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”.
Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Pendidikan
kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa
dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan
kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku sasaran.
Pendidikan
kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan
(input) dan keluaran (output). Didalam suatu proses pendidikan kesehatan yang
menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh
banyak faktor.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga
metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan
alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang
optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.
Hal
ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan
cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga
alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus
berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun
harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.
3.
Alat Bantu Dan Media Dalam Pendidikan
Kesehatan.
1.
Pengertian
Yang
dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering
disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam
proses pendidikan pengajaran.
Alat
peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat
peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu
objek sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang
atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman /
pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing
alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Dari
kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda
asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses
pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk
mempersepsi bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang
hanya dengan kata-kata sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah.
Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.
Dalam
rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan
dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas
kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal
kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan
informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat
peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan
dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang
tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat
lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat
menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
2.
Faedah Alat Bantu Pendidikan
a.
Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b.
Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c.
Membantu mengatasi hambatan bahasa.
d.
Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
e.
Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
f.
Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada
orang lain.
g.
Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /
pelaku pendidikan.
h.
Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan
diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut
penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke
dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia
diperoleh / disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur
melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual
lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
i.
Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih
baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang diperlukan akan menimbulkan
perhatiaannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan
pengertian baru baginya yang merupakan pendorong untuk melakukan / memakai
sesuatu yang baru tersebut.
j.
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang
baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Untuk
mengatasi hal tersebut, AVA akan membantu menegakkan pengetahuan - pengetahuan
yang telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan lebih lama
tinggal / disimpan didalam ingatan.
3.
Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Ø Alat
Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat
ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu
terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
a.
Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.
b.
Alat-alat yang tidak diproyeksikan : - 2 dimensi, gambar, peta, bagan, dan
sebagainya.
- 3 dimensi misal bola dunia, boneka, dan
sebagainya.
Ø Alat-Alat
Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah
alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita
suara, dan sebagainya.
Ø Alat
Bantu Lihat-Dengar
Seperti
televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal
dengan Audio Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian
tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya
dan penggunaannya.
a.
Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
b.
Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat
peraga yang sederhana yang dapat dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
-
Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan
sebagainya.
- Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah,
seperti papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak
gambar gulung, boneka dan sebagainya.
- Di masyarakat umum, misalnya poster,
spanduk, leaflet, fanel graph, boneka
wayang, dan sebagainya.
4.
Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Menggunakan alat peraga
harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat
peraga tersebut.
a. Individu atau
kelompok
b. Kategori-kategori
sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya.
c. Bahasa yang mereka
gunakan
d. Adat-istiadat serta
kebiasaan
e. Minat dan perhatian
f. Pengetahuan dan
pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.
Ciri-ciri
alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :
a. Mudah dibuat
b. Bahan-bahannya dapat
diperoleh dari bahan-bahan lokal
c. Mencerminkan
kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
d. Ditulis (digambar)
dengan sederhana.
e. Bahasa setempat dan
mudah dimengerti oleh masyarakat.
f. Memenuhi
kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Tempat
memasang (menggunakan) alat-alat peraga :
a. Didalam keluarga
antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu
menolong persalinan, merawat bayi atau
menolong orang sakit dan sebagainya.
b. Di masyarakat, misalnya
seperti pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-
arisan, pengajaran, dan sebagainya; serta
dipasang juga di tempat-tempat
umum yang strategis.
c. Di
instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-
sekolah, dan sebagainya.
Alat-alat
peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh :
a. Petugas-petugas
puskesmas / kesehatan
b. Kader kesehatan
c. Guru-guru sekolah
dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
d. Pamong desa.
Merencanakan
dan Menggunakan Alat Peraga
Biasanya
kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-objek yang nyata sehingga
dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Didalam menggunakan alat peraga untuk
memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat, benda-benda yang
sebenarnya mempermudah masyarakat untuk mengerti dan memahaminya, karena alat
peraga seperti ini merupakan benda-benda yang mereka jumpai sehari-hari.
Oleh
karena itu sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda
asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli
memungkinkan atau tidak. Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka
dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.
Sebelum
membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling
tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai
berikut :
5.
Tujuan yang Hendak Dicapai
a.
Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat untuk :
- Mengubah pengetahuan / pengertian,
pendapat dan konsep-konsep.
- Mengubah sikap dan persepsi
- Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang
baru
b.
Tujuan penggunaan alat peraga :
- Sebagai alat bantu dalam latihan /
penataran / pendidikan
-
Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah
- Untuk mengingatkan sesuatu pesan /
informasi
- Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur,
tindakan.
Perancanaan dan pemilihan alat peraga
ditentukan sebagian besar oleh tujuan
ini.
Kalau
tujuannya itu rumit maka mungkin diperlukan lebih dari satu macam alat peraga.
Kemampuan penyampaian pesan masing-masing alat peraga berbeda-beda, misalnya
leaflets dan pamplets lebih banyak berisi pesan sedangkan poster lebih sedikit
pesan-pesan tetapi bersifat pemberitahuan dan propaganda. Dengan sendirinya
alat peraga yang dipergunakan untuk meningkatkan pengetahuan akan berbeda
dengan alat peraga yang dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Casino Table Games - Hendon Mobhub
BalasHapusThe newest 서귀포 출장안마 and greatest table games in the Garden State. Come and join 통영 출장샵 the fun at our Las 부산광역 출장샵 Vegas casinos. 울산광역 출장안마 Get 의왕 출장마사지 your tickets for the best table games at the best