TEORI KEBIDANAN
A.
Latar Belakang
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh
merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan prakteknya.
Dalam melaksanakan praktek, bidan sering dihadapkan dalam pertanyaan “apa yang
dikerjakan bidan dan bagaimana ia berkarya” untuk menjawab pertanyaan tersebut
perlu ditegaskan adanya model dan teori teori yang berhubungan dengan praktek
kebidanan.
Yang disebut model adalah suatu contoh, peraga untuk
menggambarkan sesuatu dengan tujuan untuk membuat kerangka pengertian dalam
memberikan pelayanan. Konsep adalah penopang sebuah teori yang
menjelaskan tentang suatu teori yang dapat dites didalam suatu observasi atau penelitian.
Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi
dasar suatu disiplin.
Untuk itu bidan dalam memberikan pelayanan terdapat model
asuhan kebidanan yang berdasarkan pada pernyataan bahwa kehamilan, persalinan
dan kelahiran merupakan suatu proses kehidupan yang normal. Yang didalamnya
termasuk :
·
Memonitor
kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis maupun sosial dalam siklus kehamilan
dan persalinan.
·
Mempersiapkan
ibu dengan memberikan pendidikan, konseling, asuhan prenatal, dalam proses
persalinan dan melahirkan, dan bantuan pada masa post partum.
·
Intervensi
teknologi seminimal mungkin.
·
Mengidentifikasi
dan memberikan bantuan obstetri yang dibutuhkan.
·
Melakukan
rujukan yang membutuhkan penanganan spesialis obstetrik atau tenaga kesehatan
lain.
Bidan
adalah seorang profesional yang sudah dilatih dengan pengetahuan khusus dalam
bantuan kepada wanita agar tetap sehat selama hamil dan menolongnya pada waktu
melahirkan, ahli dalam memberikan asuhan, penyuluhan, konseling dan dukungan
secara individu kepada wanita dan bayinya dalam siklus kehamilan dan
persalinan.
Ruang lingkup praktek kebidanan :
·
Menolong
persalinan.
·
Konseling.
·
Penyuluhan.
·
Asuhan
pada waktu hamil, melahirkan, nifas, dan bayi baru lahir.
·
Deteksi
dini penyakit.
·
Pengobatan
terbatas ginekologi.
·
Pertolongan
gawat darurat.
·
Pengawasan
tumbuh kembang.
·
Supervisi.
Praktek
kebidanan merupakan
manajemen kesehatan wanita secara mandiri berfokus pada kehamilan, persalinan,
periode post partum, asuhan terhadap bayi baru lahir, keluarga berencana, dan
kesehatan reproduksi wanita. Adapun teori teori yang berhubungan dengan praktek
kebidanan mencakup enam teori. Teori adalah seperangkat konsep atau
pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan fenomena yang penting dalam
sebuah disiplin. Teori yang diuraikan adalah :
1.
Teori
Reva Rubin.
2.
Teori
Ramona Mercer.
3.
Teori
Esnestine Wiedenbach.
4.
Teori
Ela Joy Lerhman.
5.
Teori
Jean Ball.
6.
Teori
Orem.
B.
Teori Kebidanan
Teori
adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan
fenomena yang penting dalam sebuah disiplin.
Dalam
Ilmu Kebidanan terdapat 6 teori yang harus dipahami oleh bidan, yaitu :
- Teori
Reva Rubin
Rubin
mengemukakan teorinya setelah melakukan beberapa penelitian. Penekanan Rubin
dalam teori maupun penelitian yang dilakukannya adalah pencapaian peran ibu.
Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses
belajar melalui serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan. Dalam proses ini
wanita diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mampu
mengambil peran seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat mengakibatkan
efek yang negatifmisalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini
sangat berarti bagi seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran
yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan yang
akan dihadapinya khususnya perubahan psikososial dalam kehamilan dan setelah
melahirkan.
Rubin mengatakan sejak hamil seorang
wanita sudah mempunyai harapan sebagai berikut :
o
Kesejahteraan
ibu dan bayi
o
Penerimaan
masyarakat
o
Penentuan
identitas diri
o
Mengerti
tentang arti memberi dan menerima
Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada waktu hamil
:
1. Cenderung lebih tergantung dan
membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat berperan sebagai calon ibu dan
mampu.
2. Membutuhkan sosialisasi.
Tahapan
psikososial (psikososial stage) :
1. Antisipatory stage : pada tahap ini
ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2. Honeymoon stage : ibu mulai memahami
sepenuhnya peran dasarnya, pada tahap ini ibu memerlukan bantuan anggota
keluarga yang lain.
3. Plateu stage : pada tahap ini ibu
akan mencoba sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi ibu, tahap ini
membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri.
4. Disengagament stage : tahap ini
merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahap ini
peran sebagai orang tua belum jelas.
Arti
dan efek kehamilan pada pasangan :
1. Pasangan merasakan perubahan tubuh
pasangannya pada kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
2. Pria juga mengalami perubahan fisik
dan psikososial selama pasangannya hamil.
3. Anak yang akan dilahirkan merupakan
dari 3 perbedaan yang ada :
a.
Hubungan
ibu dengan pasangan.
b.
Hubungan
ibu dengan janin yang berkembang.
c.
Hubungan
ibu dengan individu yang unik dan anak.
4.
Ibu
tidak pernah lagi menjadi sendiri.
5.
Tugas
yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
a.
Percaya
bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.
b.
Persiapan
terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.
c.
Penyelesaian
dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk mempersiapkan
fungsi keluarga.
6. Reaksi yang umum pada kehamilan :
a.
Trimester
I : ambivalen (sikap yang bertentangan secara bersamaan), takut, fantasi,
kuatir.
b.
Trimester
II : perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang
perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvert (lebih
memikirkan diri sendiri), kadang kelihatan egosentrik dan self centered.
c.
Trimester
III : berperasaan aneh, sembrono, jelek, menjadi lebih introvert, merefleksikan
terhadap pengalaman masa kecil.
Terdapat
tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu :
1.
Gambaran
tentang idaman.
2.
Gambaran
tentang diri.
3.
Gambaran
tubuh.
Gambaran diri seorang wanita adalah bagaimana wanita
tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari pengalaman dirinya. Gambaran
diri ini yang digunakan oleh wanita untuk menggambarkan dirinya. Gambaran
tentang tubuh berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan
dan perubahan yang spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setelah
melahirkan.
Rubin melihat beberapa tahap fase
aktivitas penting sebelum seseorang menjadi ibu :
1.
Taking
on : wanita meniru dan melakukan peran ibu. Fase ini dikenal sebagai tahap
meniru.
2.
Taking
in : fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran
yang dilakukannya pada tahap sebelumnya. Introjection, projection dan rejection
merupakan tahap dimana wanita membedakan model model yang ada sesuai dengan
pendapatnya.
3.
Letting
go : merupakan fase dimana wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang
sudah dilakukannya. Pengalaman baik interpersonal maupun situasional yang
berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan, serta harapan untuk masa yang akan datang. Pada tahap
ini wanita akan meninggalkan perannya pada masa yang lalu.
Adaptasi
psikososial pada waktu post partum :
1.
Konsep
dasar
a.
Periode
post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat.
b.
Faktor
faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada
masa post partum adalah :
·
Respon
dan dukungan dari keluarga dan teman.
·
Hubungan
dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan inspirasi.
·
Pengalaman
melahirkan dan membesarkan anak yang lalu.
·
Pengaruh
budaya.
c.
Periode
ini diuraikan oleh Rubin dalam 3 tahap, taking in, taking hold, letting go.
2.
Periode
taking in.
a.
Periode
ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b.
Ia
mungkin akan mengulang ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
c.
Tidur
tanpa gangguan sangat penting bila ibu ingin mencegah gangguan tidur, pusing,
irritable (lekas marah), interference (gangguan) dengan proses pengembalian ke
keadaan normal.
d.
Peningkatan
nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah,
kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak
berlangsung normal.
3.
Taking
hold.
a.
Periode
ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum, ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab
kepada bayi.
b.
Ibu
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK, BAB, kekuatan dan
ketahanan tubuhnya.
c.
Ibu
berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misal :
menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
Pada
masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal hal
tersebut, cenderung menerima nasehat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk
menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan
penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
4.
Periode
letting go
Terdapat
tiga tahap :
·
Periode
ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah, dan sangat berpengaruh
terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
·
Ibu
mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi dengan
kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan, dan hubungan sosial.
·
Depresi
post partum umumnya terjadi pada periode ini.
5.
Depresi
post partum
Ada
tiga bentuk :
1. Banyak ibu mengalami perasaan
“let-down” setelah melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu
melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi secara efektif dalam
membesarkan anak.
2. Umumnya depresi ini sedang dan mudah
berubah, dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi antara 1-2
minggu kemudian.
3. Jarang, agak jarang depresi sedang
menjadi psikosis post partum atau menjadi patologis.
- Teori
Ramona Mercer
Mercer banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori
dengan menerapkan hasil penelitian dalam asuhan terhadap ibu. Dalam teorinya
Mercer lebih menekankan pada stress ante partum dalam pencapaian peran ibu.
Orang menilai teir Mercer ini berorientasi kearah praktek. Mercer memperhatikan
wanita pada waktu melahirkan. Ia mengidentifikasi seorang wanita pada hari awal
post partum, menunjukkan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi daripada
melakukan tugasnya sebagai seorang ibu. Teori Mercer sudah banyak digunakan
dalam keperawatan dan disajikan dalam Text Book Obstetri.
Ada 2 pokok pembahasan dalam teori Mercer :
1.
Efek
stres ante partum
2.
Pencapaian
peran ibu
Efek stres ante partum
Tujuan
:
Memberikan
dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan serta dukungan
sosial dan kurangnya kepercayaan diri.
Dalam penelitiannya Mercer menemukan 6 faktor yang mempunyai
hubungan dengan status kesehatan, yaitu :
o
Hubungan
interpersonal
o
Peran
keluarga
o
Stres
ante partum
o
Dukungan
sosial
o
Rasa
percaya diri
o
Penguasaan
rasa takut, keraguan, dan depresi
Ante
aprtum stres
Adalah
komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam hidup.
Mercer
memberikan 3 model yang saling berhubungan antara independent variabel dan
dependent variabel dengan status kesehatan, yaitu peran individu, peran timbal
balik, dan peran keluarga.
Family
v Sistem yang dinamik termasuk
subsistem individu dan pasangan.
v Penting memperhatikan subsistem dan
hubungan timbal balik antara :
-
Ibu
– bapak
-
Ibu
– janin
-
Ibu
– orang lain
Maternal
Role (peran ibu)
v Menjadi seorang ibu berarti
memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang
lengkap tentang diri sendiri (Mercer, 1986).
v Diungkapkan oleh Mercer (1981) bahwa
1-2 juta ibu di Amerika yang gagal memerankan peran ini terbukti dengan
tingginya jumlah anak yang mendapat perlakuan yang kejam.
v Mercer melihat menjadi seorang ibu
tidak hanya pribadi wanita yang menjadi ibu, tetapi ia juga melihat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu dalam melaksanakan peran ibu. Peran dan
partisipasi suami/pasangan sangat penting untuk menyakinkan dan memberikan
penghargaan terhadap peran baru ini.
Pencapaian
peran ibu :
-
Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi dekat dengan
bayinya yang membutuhkan pendekatan yang kompeten termasuk peran dalam
mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita sebagai ibu
dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Kemudian Mercer juga menulis hasil penelitiannya tentang
stres ante partum terhadap fungsi keluarga. Dalam model ini diuraikan efek dari
fungsi keluarga baik positif maupun negatif. Mercer mengatakan bahwa stres yang
disebabkan oleh oleh karena adanya resiko dalam kehamilan akan mempengaruhi
penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri, status kesehatan,
dan dukungan sosial diperkirakan mempunyai efek langsung yang positif terhadap
penguasaan. Diperkirakan hal ini mempunyai efek yang negatif terhadap ketakutan
dan depresi yang mempunyai efek negatif langsung terhadap fungsi keluarga
(Mercer, 1988).
Hubungan ini telah dibuktikan dalam suatu penelitian
terhadap wanita yang dirawat di RS dengan kehamilan resiko tinggi.
Wanita-wanita tersebut dibandingkan dengan wanita-wanita dengan kehamilan
resiko rendah. Sebagian dari pasangan kedua grup ini juga diikut sertakan dalam
penelitian ini.
Dari penelitian ini ternyata bahwa wanita dengan kehamilan
resiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal daripada wanita
dengan kehamilan resiko rendah.
Mercer
menguraikan 4 step dalam pelaksanaan peran ibu :
1.
Anticipatory
Adalah suatu masa sebelum wanita
menjadi ibu dimana wanita memulai penyesuaian sosial dan psikologi terhadap
peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang ibu.
2.
Formal
Tahap formal dimulai dengan peran
sesungguhnya seorang ibu. Pada masa ini bimbingan peran secara formal dan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial dari wanita.
3.
Informal
Tahap informal mulai pada saat
wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran ibu yang
tidak disampaikan oleh sosial sistem.
4.
Personal
Tahap akhir pencapaian peran yaitu
tahap personal. Pada tahap ini wanita telah mahir melaksanakan perannya sebagai
ibu. Ia telah mampu menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran barunya
ini.
Bila Rubin mengatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai
sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan. Mercer melihat bahwa
peran aktif seorang wanita dalam pencapaian peran ini umumnya dimulai setelah
bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan post partum.
Mercer
menemukan 11 faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran ibu, yaitu
:
1.
Faktor Ibu
a.
Umur
ibu pada waktu melahirkan
b.
Persepsi
ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali
c.
Memisahkan
ibu dan anak secepatnya
d.
Stres
sosial
e.
Dukungan
sosial
f.
Konsep
diri
g.
Sifat
pribadi
h.
Sikap
Terhadap membesarkan anak
i.
Status
kesehatan ibu
2.
Faktor Bayi
a.
Temperamen
b.
Kesehatan
bayi
3.
Faktor-faktor lain
a.
Latar
belakang etnik
b.
Status
perkawinan
c.
Status
ekonomi
Suatu hal yang menarik yang dikemukakan Mercer adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infant’s personality) pada waktu ibu
melaksanakan perannya sebagai ibu.
Dengan mengambil faktor sosial support sebagai salah satu
contoh, Mercer mengidentifikasi 4 faktor pendukung :
1.
Emosional:
Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya, dan mengerti.
2.
Informational:
Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi
yang berguna dan berhubungan dengan masalah dan/atau situasi.
3.
Physical:
Pertolongan yang langsung seperti, mambantu merawat bayi, memberikan dukungan
dana.
4.
Appraisal
(penilaian): Informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan, bagaimana ia
menampilkannya dalam peran, hal ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi
dirinya sendiri yangn berhubungan dengan penampilan peran orang lain.
Dalam penelitiannya terhadap kebutuhan akan bermacam-macam
support dalam masa kehamilan dan post partum, Mercer telah membuktikan bahwa
faktor umur sangat berpengaruh pada pencapaian peran fungsi ibu. Beberapa
faktor yang digaris bawahi oleh Mercer dalam penelitiannya adalah faktor umur,
tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi, dan konsep diri.
Mercer juga menekankan bahwa tiga fase adaptasi ibu
pada tahun pertama setelah melahirkan juga mempengaruhi pencapaian peran ibu.
Mercer menguraikan empat faktor dalam masa adaptasi tersebut :
1.
Physical Recovery Phase (lahir – 1 bulan).
2.
Achivement Phase (2 – 4/5 bulan).
3.
Disruption Phase (6 – 8 bulan).
4.
Reorganization Phase (8 – 12 bulan).
Tiga fase pertama merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh.
Selain pemulihan tubuh ibu sendiri juga termasuk didalamnya. Secara psikologis
ibu khawatir terhadap resiko menjadi seorang ibu, masa pemulihan ini sangat
penting karena bila fungsi tubuh tidak kembali seperti semula akan menimbulkan
keluhan psikologis dan sosiologis yang berkepanjangan bagi ibu.
Mercer mengatakan 2 per 3 dari wanita mempunyai keluhan
kesehatan dalam 4 bulan setelah melahirkan. Diuraikannnya ada 44% mempunyai
satu keluhan, 22% datang dengan 2 keluhan, 25% mengeluh flu, atau keluhan lain
seperti infeksi alat alat kandungan, penyakit kronis, masalah lambung dan usus,
masalah payudara, masalah otot, ketegangan emosi, sakit kepala, anemia,
perlukaan atau kecelakaan.
Kesehatan merupakan pusat kekhawatiran didalam antenatal
stres. Demikian juga faktor faktor penting yang berpengaruh dalam kehidupan
sosial dan lingkungan lain disekitar wanita yang merupakan elemen didalam model
dalam pencapaian peran. Dalam hubungannya dengan person berdasarkan teori peran
ibu, wanita memiliki jati diri yang dibutuhkan sepanjang kehidupan sosial,
bagaimana persepsi ibu terhadap bayu dan respon orang lain terhadap perannya
sebagai ibu sepanjang hidupnya dan bagaimana responnya terhadap kenyataan yang
dihadapi.
Peran bidan yang diharapkan oleh Mercer dalam teorinya
adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugasnya dalam adaptasi peran fungsi
ibu dan mengidentifikasi faktor apa yang mempengaruhi peran ibu dalam
pencapaian peran fungsi ini dan kontribusi dari stres ante partum.
- Teori
Esnestine Wiedenbach
Enestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek
yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori dokter Grantley Dick Read.
Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan
observasinya dalam praktek. Konsep yang luas menurut Wiedenbach yang nyata
ditemukan dalam keperawatan, yaitu :
1.
The
Agent : bidan, perawat, atau orang lain.
2.
The
Recipient : wanita, keluarga, masyarakat.
3.
The
Goal : dari intervensi.
4.
The
Means : metode untuk mencapai tujuan.
5.
The
Frame Work : organisasi sosial, lingkungan profesional.
The agent midwife
Filosofi Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan
kebidanan dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas
dimana kebutuhab ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua.
The goal/purpose
Didasari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu
diketahui sebelum menentukan goal. Bila sudah diketahui ini, maka dapat
diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik,
emosional, atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.
The
recipient
Wanita, masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu
memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompeten dan mampu menentukan kebutuhannya tanpa bantuan.
The
means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach
menentukan beberapa tahap, yaitu :
1.
Identifikasi kebutuhan klien
2.
Ministration/memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang dibutuhkan
3.
Validation bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang dibutuhkan
4.
Coordination dengan ketenagaan yang direncanakan untuk memberikan bantuan
Untuk
mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan :
-
Pengetahuan
-
Judgement
-
Ketrampilan
- Teori
Ela Joy Lerhman
Teori
ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lerhman. Lerhman melihat
semakin luasnya tugas yang dibebankan pada bidan. Dalam teori ini Lerhman
menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktek memberikan asuhan
pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan. Macintyre (1980)
menurut Lerhman menyelidiki bahwa pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan
antara prosedur administrasi yang dibebankan dengan manfaat antenatal dan jenis
pelayanan yang dialami seorang wanita di klinik kebidanan karena hubungan
antara identifikasi faktor resiko dan keefektifan dari antenatal care terhadap
hasil yang diinginkan belum terpenuhi.
Lerhman dan koleganya ingin
menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan
untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktek. Lerhman mengemukakan 8
konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
1.
Asuhan yang berkesinambungan.
2.
Keluarga sebagai pusat asuhan.
3.
Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan.
4.
Tidak ada intervensi dalam asuhan.
5.
Fleksibilitas dalam asuhan.
6.
Keterlibatan dalam asuhan.
7.
Advokasi dari klien
8.
Waktu
Asuhan partisipative
Bidan
dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan. Pasien atau
klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam
pemeriksaan fisik, misalnya palpasi, klien akan melakukan palpasi pada tempat
tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung. Kedelapan komponen yang dibuat
oleh Lerhman ini kemudian diujicobakan oleh Morten (1991) pada pasien atau
klien post partum. Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen
lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lerhman yaitu :
1.
Teknik terapeutik.
2.
Pemberdayaan.
3.
Hubungan sesama
Teknik terapeutik
Proses
komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan,
misalnya :
-
Mendengar aktif
-
Mengkaji
-
Klarifikasi
-
Humor
-
Sikap yang tidak menuduh
-
Pengakuan
-
Fasilitasi
-
Pemberian ijin
Empowerman (pemberdayaan)
Suatu
proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan
pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi,
menilai dan memberi dukungan.
Lateral
Relationship
Menjalin
hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien,
sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab. Misalnya sikap empati atau
berbagi pengalaman.
Hubungan konsep asuhan kebidanan
menurut Lehrman dan Morten
5.
Teori Jean Ball
“Teori
kursi goyang – keseimbangan emosional ibu”
Tujuan
asuhan maternitas :
Agar
ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis.
Psikologis dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional
tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi
orang tua terpenuhi. Kehamilan dan persalinan dan masa post partum adalah masa
untuk mengadopsi peran baru.
Teori
Ball :
1.
Teori perubahan.
2.
Teori Stres, Coping dan support.
3.
Teori dasar
Hipotesa Ball
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi
bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan
dengan dukungan yang berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial.
Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa
postnatal akan mempengaruhi respon emosional wanita dalam perubahan yang
dialaminya pada proses kelahiran anak.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang
boleh dikatakan sejahtera setelah melahirkan sangat tergantung pada personaliti
atau kepribadiannya sistem dukungan pribadi, dan dukungan yang dipersiapkan
pelayanan maternitas.
Dalam teori kursi goyang, kursi dibentuk dalam 3 elemen :
1.
Pelayanan maternitas.
2.
Pandangan masyarakat terhadap keluarga.
3.
Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian wanita.
Kesejahteraan
keibuan seorang wanita sangat tergantung terhadap effektifitas ketiga elemen
tersebut. Jika kursi goyang tidak bisa ditegakkan maka tidak nyaman untuk
diduduki.
- Teori
Orem
Orem menamakan teori Self – care deficit sebagai teori umum
dalam keperawatan. Ada 3 teori yang terkait didalamnya, yaitu :
1.
Self – care theory
2.
Self – care defisit theory
3.
Nursing system theory
Self – care adalah
·
Kontribusi
yang terus-menerus dari seorang dewasa terhadap kelanjutan eksistensi,
kesehatan dan kesejahteraan.
·
Individu
pribadi yang memprakarsai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraannya.
Self – care model menekankan bahwa setiap orang mempunyai
kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri dan mereka mempunyai hak untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, kecuali bila tidak memungkinkan.
Orang yang dapat memenuhi kebutuhan self – care sendiri
disebut self – care agent. Orang dewasa yang normal dan sehat merupakan
agent untuk dirinya sendiri. Sedangkan untuk bayi, anak, orang tidak sadar atau
sakit berat, keluarga atau perawat merupakan dependent – care agent.
Menurut
Orem, kebutuhan self – care dibagi 3 kategori :
1.
Universal self – care
Berlaku untuk semua orang dan
dikatkan dengan fungsi dan proses kehidupan sering disebut sebagai “kebutuhan
dasar manusia” yang terdiri atas :
a.
Pemeliharaan
kebutuhan udara yang cukup.
b.
Pemeliharaan
kebutuhan air yang mencukupi.
c.
Pemeliharaan
makanan yang mencukupi.
d.
Penetapan
kesepakatan yang berkaitan dengan proses eliminasi.
e.
Pemeliharaan
terhadap keseimbangan aktivitas dan istirahat.
f.
Pemeliharaan
terhadap keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
g.
Pencegahan
terhadap hal yang membahayakan kehidupan, fungsi dan kesejahteraan.
h.
Peningkatan
fungsi dan pengembangan manusia dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi,
keterbatasan dan keinginannya sebagai manusia normal.
2.
Developmental self – care
Kebutuhan ini timbul menurut tahap perkembangan individu dan
lingkungan dimana individu tersebut berada dan mempengaruhi perkembangan hidup
seseorang (dihubungkan dengan perubahan hidup seseorang atau siklus kehidupan).
3.
Health deviation self – care
Kebutuhan ini dibutuhkan karena kesehatan seseorang
terganggu, misalnya : keadaan sakit atau ketidak mampuan yang mengakibatkan
perubahan dalam perilaku self – care.
Bila ada tuntutan untuk merawat dirinya sendiri dan individu
tersebut mampu memenuhi tuntutan, maka self – care ini memungkinkan, tetapi
tuntutan lebih besar dari kemampuan individu untuk memenuhinya maka akan
terjadi ketidak seimbangan dan hal ini disebut self – care defisit.
Self – care defisit merupakan inti dari Orem General Theory
of Nursing sebab hal ini menggambarkan kapan keperawatan ini diperlukan. Self –
care defisit merupakan kriteria untuk mengidentifikasi, apakah seseorang
memerlukan bantuan asuhan keperawatan. Dengan demikian keperawatan diperlukan
bila terdapat ketidak mampuan atau keterbatasan seseorang dewasa atau orang tua
(untuk anak) dalam memenuhi self – care yang diperlukan secara terus-menerus
atau bila timbul kebutuhan untuk menggunakan teknik khusus/menerapkan
pengetahuan ilmiah dalam merencanakan/menentukan asuhan.
Tujuan
untuk memenuhi kebutuhan self – care dapat dicapai dengan:
1. Menurunkan kebutuhan self – care ke
tahap dimana pasien dapat memenuhinya.
2. Meningkatkan kemampuan pasien untuk
memenihi kebutuhan pself – care.
3. Memperbolehkan keluarga/orang lain
untuk memberikan dependent care bila self – care tidak dimungkinkan.
4. Apabila hal tersebut diatas tidak
dapat dilaksanakan maka perawat akan melaksanakannya.
Untuk
memenuhi kebutuhan self – care pasien, dapat dilakukan oleh perawat dan/atau
oleh pasien itu sendiri melalui 3 macam sistem keperawatan dengan 5 metode
keperawatan :
1.
Totally compensatory nursing system
Perawat mengambil alih tanggung
jawab untuk melakukan semua aktivitas yang untuk memenuhi kebutuhan self –
care.
2.
Partially compensatory nursing system
Perawat mengambil alih sebagian
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan self – care dan aktivitas lain masih dapat
dilakukan oleh pasien/keluarga.
3.
Educative/supportive nursing system
Pasien berpotensi untuk memenuhi
kebutuhan self – care aktivitas, perawat hanya memberi penyuluhan dan dukungan
kepada pasien sehingga diharapkan ia dapat memenuhi kebutuhan self – care untuk
dirinya.
Lima
metode bantuan yang dapat diberikan adalah :
1.
Berperan
atau melaksanakan untuk.
2.
Mengajak
atau menyuluh.
3.
Membimbing.
4.
Mendukung.
5.
Menciptakan
lingkungan yang menunjang tumbuh kembang.
Untuk
dapat melaksanakan bantuan kepada pasien, 5 aspek perlu diperhatikan :
1. Menjalin hubungan yang baik dengan
pasien, keluarga, kelompok sampai ia dapat melepaskan diri/melaksanakan sendiri
asuhan.
2. Menentukan bantuan yang bagaimana
yang dibutuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Memberikan bantuan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan pasien.
4. Merencanakan bantuan langsung
bersama pasen/keluarga/orang lain yang akan melakukan
asuhan.
5. Mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan kegiatan pasien sehari hari,
pelayanan kesehatan lain yang diperlukan/diterima dan pelayanan sosial dan
pendidikan yang diperlukan/diterima.
Dari uraian diatas jelas bahwa untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan seperti yang diuraikan oleh Orem perlu
penngetahuan tentang :
Ø Manusia.
Ø Kebutuhan self – care.
Ø Self – care defisit.
Ø Penerapan 5 metode bantuan.
Proses
keperwatan berdasarkan self – care model.
Definisi
proses keperawatan menurut Orem :
Ø Menentukan mengapa seseorang
membutuhkan asuhan keperawatan.
Ø Menentukan sistem bantuan
keperawatan.
Ø Merencanakan pelaksanaan bantuan
keperawatan yang spesifik.
Ø Memberikan dan mengevaluasi
pelaksanaan bantuan keperawatan.
Langkah langkah
a.
Pengkajian
Tujuan : menentuakan kebutuhan self – care individu, mengidentifikasi apakah
ada/ tidak ada self – care defisit.
Perawat bekerja sama dengan
pasien/keluarga dalam merencanakan strategi yang akan mengurangi/menghilangkan
defisit yang ada dengan :
Ø Mengurangi kebutuhan self – care.
Ø Meningkatkan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan self – care.
Ø Memperbolehkan keluarga/orang lain
memberikan dependent care.
Ø Memenuhi langsung kebutuhan self –
care.
Tiga kategori kebutuhan self – care dapat dipakai sebagai kerangka pengkajian :
1. Universal. Menggunakan observasi,
pengukuran dan wawancara untuk mengidentifikasi pola normal kebutuhan pasien
sehari hari, mengidentifikasi dan menganalisa ketidak mampuan untuk melakukan
self – care.
2. Developmental. Mengidentifikasi
perubahan gaya hidup pasien atau siklus kehidupan dan kebutuhan akan
pengembangan yang timbul dari perubahan tersebut.
3. Health Deviation. Pengaruh sakit
atau penyakit terhadap atau observasi perilaku yang dapat mengarah pada
penyakit.
b.
Perencanaan
Setelah mengidentifikasi self – care defisit maka data ini
dapat dipakai sebagai pernyataan masalah dalam rencana keperawatan, kemudian
perawat menentukan sistem keperawatan yang diperlukan : totally compensatory,
partially compensatory atau educative/supportive, serta tujuan yang telah
ditentukan oleh perawat – pasien, untuk menghilangkan self – care defisit.
c.
Implementasi
Merupakan tindakan yang mengandung 5 bantuan, yaitu :
melakukan untuk, memberi penyuluhan, membimbing, mendukung dan menciptakan
lingkungan yang menunjang tumbuh kembang.
d.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus dengan membandingkan
perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan hasil tindakan yang dilakukan.
Pentingnya
Keikhlasan kaitannya dengan asuhan
Sebagai bidan professional yang mengutamakan
panggilan kemanusiaan daripada keuntungan hal tersebut tertuang pula dalam Al qur’an
dimana apa yang kita lakukan adalah semata-mata untuk mendapatkan ridho dari
Allah SWT. Berikut ini salah satu ayat dalam alqur’an yang menerangkan mengenai
keikhlasan: QS Al An’am [6]: 162-163 tentang Salat, Ibadah, Hidup, dan Mati
Hanya untuk Allah
Artinya: “162. Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163. Tiada sekutu bagi-Nya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS Al-An’am : 162-163)
Kandungan
Surat Al-An’am ayat 162-163 sering dibaca pada bacaan iftitah shalat karena
ayat ini bermakna sebuah pengakuan terhadap kekuasaan Allah, tidak ada Tuhan
selain Dia.
Kita
mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya zat yang patut dan wajib disembah,
karena yang lain tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah SWT.
Kandungan
Surat Al An’am ayat 162 – 163, antara lain:
1.
Semua
aktivitas kehidupan, baik berupa ibadah khusus seperti shalat, zakat, puasa dan
ibadah umum seperti muamalah, bahkan kehidupan dan kematian hendaknya kita
serahkan kepada Allah semata.
2.
Tidak
ada yang dapat menyamai Allah.
3.
Hendaknya
kita hanya berserah diri kepada Allah.