BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komposisi
jumlah penduduk di dunia terbesar adalah remaja. WHO dalam Soetjiningsih (1997) mendefinisikan remaja adalah individu yang
telah mencapai umur 10-18 tahun. UNFPA (2003) dalam Badriah (2011) mendefinisikan remaja adalah individu kelompok umur
10-19 tahun yang dibagi dalam dua terminasi yaitu remaja awal yaitu 10-14 tahun
dan remaja akhir 15-19 tahun.
Pada
masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang mencolok secara fisik dan psikis
yang biasa disebut sebagai masa pubertas. Berbagai perubahan tersebut merupakan
proses yang secara alami akan dilalui oleh setiap individu (Badriah, 2011).
Perubahan
fisik pada remaja akan memengaruhi status kesehatan gizi remaja tersebut. Salah
satu area penting dalam kesehatan remaja adalah Kesehatan Reproduksi Remaja.
Kesehatan Reproduksi Remaja. (Adolescent
Reproductive Health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh
remaja. Salah satu unsure yang berperan dalam mewujudkan kesehatan reproduksi
pada remaja adalah status gizi. Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Masalah gizi remaja akan berdampak negatif pada
tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko
melahirkan bayi dengan BBLR ataupun penurunan kesegaran jasmani yang kahirnya
akan memengaruhi kinerja dan produktivitas suatu bangsa (Badriah, 2011).
Status gizi pada anak usia 6-18 tahun dilakukan dengan penilaian yang sama dengan
mengelompokkan menjadi tiga yaitu untuk anak usia 6-12 tahun, 13-15 tahun, dan
16-18 tahun. Secara nasional prevalensi anak pendek untuk ketiga kelompok anak
masih tinggi yaitu di atas 30%, tertinggi pada kelompok anak 6-12 tahun
(35,8%), dam terendah pada kelompok umur 16-18 tahun (31,2%). Prevalensi kurus
pada kelompok anak 6-12 tahun dan 13-15 tahun hampir sama sekitar 11%,
sedangkan pada kelompok anak 16-18 tahun adalah 8,9%.
Status gizi pada kelompok dewasa diatas 18 tahun
didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga cukup tinggi.
Angka obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki laki.
Berdasarkan karakteristik masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk
yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status
ekonomi yang tertinggi pula.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian gizi seimbang bagi remaja dan dewasa;
2.
Untuk mengetahui
prinsip gizi remaja;
3.
Untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi gizi remaja dan dewasa;
4.
Untuk mengetahui
kebutuhan gizi seimbang;
5.
Untuk mengetahui
masalah gizi pada remaja dan dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gizi
Seimbang bagi Remaja
Gizi
seimbang bagi remaja adalah makanan yang dikonsumsi remaja yang mengandung zat
sumber tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur serta beraneka ragam jenisnya (Marmi, 2013).
Kecukupan
gizi remaja akan terpenuhi dengan pola makan yang beragam dan gizi seimbang.
Modifikasi menu dilakukan terhadap jenis olahan pangan dengan memperhatikan
jumlah dan sesuai kebutuhan gizi pada usia tersebut dimana sangat membutuhkan
makanan yang sangat bergizi.
Menurut Marmi (2013) secara umum, gizi
seimbang dijabarkan ke dalam 4 pilar yaitu:
1.
Makan Makanan yang
Bervariasi
Agar dalam konsumsi makanan sehari-hari
mempunyai kualitas
dan kuantitas yang baik, maka dalam memilih dan mengkonsumsi makanan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Adekuat,
artinya makanan tersebut memberi zat gizi, fiber, dan energi dalam jumlah yang
cukup.
b. Seimbang,
artinya kesimbangan dalam zat gizi lainnya.
c. Kontrol
kalori, artinya makanan tersebut tidak memberikan kalori yang berlebihan.
d. Moderat
(tidak berlebihan),
artinya makanan tidak berlebihan dalam hal lemak, garam, gula, dan zat lainnya.
e. Bervariasi,
artinya makanan yang dikonsumsi berbeda setiap hari.
2.
Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah pergerakan
anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan
fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Gaya hidup yang kurang menggunakan
aktifitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang, bila kalori
yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktifitas fisik maka akan
memudahkan orang mengalami kegemukan. Meningkatnya kesibukan menyebabkan
sesorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk berolah raga secara
teratur (Marmi, 2013).
3.
Pemantauan Berat
Badan
Pemantauan berat badan penting untuk
dilakukan secara berkala. Karena berat badan merupakan indikator yang mudah dalam menentukan status
gizi seseorang. Perubahan berat badan akan mengindikasikan status kesehatan.
Sangat penting bagi individu untuk mempertahankan berat badan ideal. Karena
dengan berat badan yang ideal, maka status kesehatan yang optimal dapat diraih.
Pemantauan berat badan secara berkala akan menjadi tindakan preventif terhadap
obesitas maupun KEK (Marmi, 2013).
4.
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Kebiasaan hidup bersih dan remaja harus
ditanamkan sejak kecil, terutama mengenai cuci tangan sebelum makan, menjaga
kesehatan gigi dan mulut, menutup makan dengan tudung saji, memilih jajanan
makanan minuman yang aman, tidak banyak lemak serta tidak terlalu manis dan terlalu
asin. Selain pola hidup bersih, juga perlu diperhatikan pola hidup sehat,
seperti tidak merokok, tidak menggunakan narkoba dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol (Marmi, 2013).
B.
Prinsip Gizi
pada Remaja
Remaja
merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada usia
remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena mulai
matangnya system hormonal dalam tubuh mereka, sehingga mempengaruhi komposisi
tubuh. Perubahan-perubahan itu berlangsung sangat cepat baik pertumbuhan tinggi
maupun berat tubuhnya. Hal ini sering disebut masa pubertas dan keadaan ini
sangat mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan
mereka (Marmi, 2013).
Selain
itu, pada usia remaja cenderung memiliki banyak aktifitas yang berpengaruh pada
jumlah energi yang dibutuhkan tubuh. Remaja sering merasa lapar dan seringkali
juga tidak memikirkan jenis makanan yang mereka makan asalkan mengenyangkan (Marmi, 2013).
Pada
usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan terhenti
menjelang usia 18 tahun, hal itu tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak
memerlukan perhatian lagi. Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktifitas
fisik tubuh meningkat sehingga kebutuhan energy akan meningkat (Marmi, 2013).
Selain
itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada
usia ini. Itu berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh
kembang tubuh berlangsung dengan sempurna. Rentang usia pertumbuhan remaja
biasanya yaitu anak laki-laki berusia 10-13 tahun dan anak perempuan berusia
9-15 tahun (Marmi, 2013).
Rentang
usia diatas tidak selalu sama pada masing-masing individu. Ada yang berlangsung
cepat dan ada pula yang berlangsung lambat bergantung pada kecepatan aktifitas
hormonal mereka. Semakin cepat pertumbuhannya dapat mempengaruhi aktifitas
fisik mereka sehingga juga berpengaruh pada asupan gizi yang mereka butuhkan.
Untuk itulah status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, baik secara
klinis, antopometri, maupun secara psikososial (Marmi, 2013).
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Gizi pada Remaja
Menurut
Marmi (2013) berikut ini faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhannya zat gizi usia remaja seperti :
·
Penyakit dan
kelainan bawaan sejak lahir (genetic)
·
Penyalahgunaan
obat-obatan, kecanduan alcohol, dan rokok, hubungan seksual terlalu dini
·
Konsumsi makanan
seperti tablet Fe atau makanan mengandung zat besi (defisiensi Fe).
·
Ketidakseimbangan
antara asupan dan keluaran
·
Kemampuan daya
beli keluarga
·
Pengetahuan
tentang gizi
·
Anggapan yang
salah, kepala keluarga lebih diutamakan dibandingkan anak dalam pemberian
makanan.
·
Pekerjaan atau
aktifitas fisik
·
Lingkungan
·
Pengobatan
·
Depresi, stress
dan kondisi mental
Perubahan
gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi jumlah konsumsi makanan dan
zat-zat gizi, yaitu :
·
Dimulainya masa
mencari identitas diri, keinginan utnuk dapat diterima oleh teman sebaya, dan mulai tertarik dengan lawan
jenis menyebabkan kita sangat menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi
pola makan kita, misalnya karena takut gemuk kita sarapan dan makan siang atau
hanya makan sekali sehari.
·
Kebiasaan
“ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori,protein,vitamin, dan mineral) seperti
“makanan ringan” yang saat ini banyak dijual di toko-toko. Camilan tersebut
dapat mengurangi selera makan. Sebaliknya, kalau mau ngemil pilih jenis makanan
ringan yang bergizi, seperti roti, kacang rebus, dan buah-buahan.
·
Kebiasaan makan
makanan siap saji (fast food) yang juga
komposisi gizinya tidak seimbang, yaitu terlalu tinggi kandung kalorinya,
efeknya kita jadi mudah gemuk.
·
Kebiasaan tidak
makan pagi dan malas minum air putih.
D.
Kebutuhan Gizi
Seimbang bagi Remaja
Pada
anak remaja kudapan berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori
remaja setiap hari, tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula,
dan natrium dan dapat mneingkatkan resiko kemukan dan karies gigi. Oleh karena
itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja,
makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif dan kuantitatif,
akan menyebabkan metabolism tubuh terganggu (Marmi, 2013).
Kecukupan
gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi
sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.
a.
Energi
Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan
energi dapat dilihat dari BB. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuhan
energinya 50-60 kal/kg BB/hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/kg
BB/hari. Widykarya Nasional Pangan Gizi VI menganjurkan angka kecukupan gizi
energy untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk
laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari (Marmi, 2013).
b.
Protein
Kebutuhan protein bagi remaja yaitu
14-16% dari kalori total (0,8-1 gr/kg.BB/hr). kebutuhan protein usia 10-12
tahun adaalh 50 g/hr, 13-15 tahun sebesar 57 g/hr dan usia 16-18 tahun adalah
55 g/hr. Kecukupan protein bagi remaja adalah 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG
protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan
55-66 gr per hari untuk laki-laki (Marmi, 2013).
c.
Lemak
Departemen Kesehatan RI menganjurkan
konsumsi lemak dibatasi tidak boleh melebihi 25% dari total energi per hari,
atau paling banyak 3 sendok minyak makan goring untuk memasak makanan sehari.
Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi
tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak
hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah (Marmi, 2013).
d.
Serat
Pada manusia usia remaja serat
diperlukan untuk memungkinkan proses buang air besar menjadi teratur dan
menghindari penyakit. Serat dapat member rasa kenyang yang dalam waktu lama (Marmi, 2013).
e.
Mineral
Mineral dibutuhkan remaja diperlukan
dalam jumlah sedikit, sungguhpun demikian peranannya sangat penting dalam
berbagai proses metabolism di dalam tubuh (Marmi, 2013).
Kebutuhan mineral usia remaja
·
Calcium :
800-1000 mg/hr (pria),1000-1500 mg/hr (wanita)
·
Zat besi : 10 mg
·
Na : 2,8-7,8
gr/org/hr (batal garam bagi manula yang mengalami masalah kesehatan).
·
Air : 6-8
gelasorg/hr.
f.
Kebutuhan
Vitamin
·
Vitamin A
3500-4000 mg/org/hr
·
Vitamin B1
10-1,2 mg/hr
·
Vitamin B6
2,0-2,2 mg/org/hr
·
Vitamin C 60 mg
·
Vitamin D
200-400
·
Vitamin E 8-10
mg/org/hari.
E.
Masalah Gizi
pada Remaja dan Dewasa
Berikut ini beberapa
masalah gizi yang biasa dijumpai pada remaja antara lain :
1.
Obesitas
Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan
berat badan. Di kalangan remaja, obbesitas merupakan permasalahan yang
merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan
gangguan psikologis yang serius ( Marmi, 2013).
Wahlqviat dalam Badriah (2011) mengatakan bahwa
obesitas adalah keadaan seseorang jika berat badannya lebih dari 30
standar BBI (Berat Badan Ideal) atau juga keadaan jika seorang anak mempunyai
berat badan 120% lebih besar dari berat badan seharusnya pada usianya.
Barlow dalam Badriah (2011) obesitas biasanya disebabkan karena remaja tidak
dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah yang berlebih sehingga berat
badannya melebihi ukuran normal. Pada beberapa kasus obesitas terjadi karena binge
eating disorder, yaitu suatu
keadaan yang menyebabkan sesorang makan dalam jumlah besar secara terus menerus
dan cepat tanpa terkontrol. Hal ini yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya
depresi dan memicu obesitas.
Penyakit ini
tejadi karena adanya ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan
energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan
atau pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk
lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat
tertentu di antaranya dalam jaringan subcutan, dan di dalam jaringan tirai
usus. Seseorang diaktakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki
melebihi 15% dan pada wamita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya
(Notoatmodjo, 2011).
Pada orangyang
menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat,
karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih
cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam
bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung
menderita penyakit-penyakit: kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus (Notoatmodjo,
2011).
Dalam
Notoatmodjo (2011), berat badan yang ideal pada orang dewasa menurut rumus
Dubois ialah:
B (kg) = (Tcm – 10)
+ 10%, dengan :
B = berat badan
hasil perkiraan/ pengukuran
T = tinggi badan.
Dalam
Notoatmodjo (2011), oleh bagian gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
dilakukan koreksi sebagi berikut:
B (kg) =
{(Tcm-100)-10%}+10%.
Contoh: Si Ali
(dewasa) diukur tinggi badannya 160 cm maka berat badan Ali yang ideal adalah
antara 54 kg sampai 66 kg (paling rendah 54 kg dan paling tinggi 66 kg).
Apabila orang deawasa yang tinggi badannya 160 cm, dengan berat badan di bawah
54 kg maka ia kekurangan gizi dan bila lebih dari 66 kg ia termask obesitas
(kegemukan) (Notoatmodjo, 2011).
Dalam
Notoatmodjo (2011), dewasa ini ahli gizi menentukan seseorang atau kekurangan
gizi dengan “indeks massa tubuh” (IMT) “body mass index” (BMI), dengan rumus ;
IMT (BMI) = Berat
Badan (dalam kilogram / kg)
(Tinggi Badan (dalam meter/m)
Bila hasilnya:
< 18,5 :
Kurus (kurang gizi) = Rendah
18,5 – 25 : Normal
(gizi baik) = Rata – rata
25 – 29,9 : Gemuk
(gizi lebih) = Berat badan
lebih
30+ :
Kegemukan (obesitas) = Berat
badan berlebihan.
Remaja putri
yang melakukan diet untuk mengurangi berat
badannya sejak dini akan membawa risiko kegemukan pada saat mereka dewasa
nanti. Semakin keras mereka melakukan diet semakin besar resiko kegemukan yang
akan dialami (Badriah, 2011).
Dalam Badriah
(2011), penatalaksanaan yang bisa
dilakukan untuk penderita obesitas ini adalah:
a.
Langkah pertama adalah mengembangkan diet yang sehat.
b.
Kemudian olahrafga secara bertahap.
c.
Untuk penderita obesitas yang luar biasa gemuk sehingga
bisa mengancam hidupnya dilakukan operasi untuk mengecilkan lambung yang
dinamakan gastroplasti atau prosedur
penjepian lambung. Setelah operasi pasien hanya makan dengan sejumlah kecil
makanan saja sudah menjadi kenyang.
2.
Kurus
Permaisih
dalam Badriah (2011) prevalensi IMT kurang atau kurus berkisar antara 30% -
40%. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banayk ditemukan pada
remaja wanita. Karena ada motto bahwa “kurus itu indah” bagi remaja wanita maka
remaja wanita sering melakukan diet tanpa pengawasan dari dokter atau ahli gizi
sehingga zat-zat gizi penting tidak dapat dipenuhi. Padahal masa remaja
merupakan masa “rawan gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya.
Remaja yang
kurus penampilannya malah cenderung kurang menarik, mudah letih dan risiko
sakitpun tinggi. Selain itu orang kurus akan kurang mampu bekerja keras. Jika
penyebab kurus itu memang hanya karena kekurangan zat gizi semata atau karena
sedang menderita penyakit tertentu tanpa ada faktor psikologis seperti
anoreksia dan bulimia maka penanganan bisa segera dilakukan dengan terapi gizi
atau dengan pengobatan jika pengobatan jika menderita sakit, dilanjutkan dengan
pemulihan gizi. Namun jika penyebabnya adalah karena anoreksia dan bulimia maka
penanganannnya perlu dilakukan terpadu antara dokter (psikiater) dan ahli gizi
(Badriah, 2011).
3.
Anoreksia Nervosa dan Bulimia
Anoreksia dan
buliamia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan
tersebut biasanya merupakan gangguan makan yang menyiksa bahkan bisa dikatakan
suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Gangguan tersebut dihasilkan
oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan dan ketakutan
mental itu akan terpancar melalui penyiksaan fisik (Badriah, 2011).
a.
Anoreksia Nervosa
Anoreksia
nervosa adalah hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal ini
disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai penampilan tubuh hingga
penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Karena
ketakutannya itu penderita anoreksia nervosa melakukan diet yang sangat ketat
sehingga berat badannya turun secara drastis dalam waktu yang singkat (Badriah,
2011).
Sebab timbulnya
kelainan ini juga bisa karena sakit seperti demam, pilek, malaria, tipus dan
peradangan. Selain itu penyakit ini muncul karena emosi, gelisah dan
kebingungan. Bila disebabkan demam,
pilek, dan penyakit lain biasanya bila sudah sembuh selera makan normal
kembali (Badriah, 2011).
Dalam Marmi
(2013), berikut ini adalah beberapa tanda remaja yang mengalami anoreksia:
·
Sangat kurus;
·
Olahraga berlebih dan terobsesi untuk mengontrol berat
badan;
·
Mengontrol jumlah atau porsi makanan secara sangat
berhati-hati;
·
Hanya makan makanan tertentu, serta menghindari makanan
seperti susu, daging, tepung dan lain-lain;
·
Menarik diri dari aktivitas sosial, khususnya yang
berhibungan dengan makan-makan;
·
Kemungkinan mengalami depresi, latergi, dan merasa
kedinginan;
·
Remaja yang mengalami anoreksia dapat mengalami gangguan
jiwa bahkan kematian bila tidak teratasi.
Akibat berat
badan yang turun jauh dibawah batas normal, fungsi normal tubuh akan terganggu.
Pertumbuhan akan terhambat, rambut rontok, siklus haid terganggu dan tubuh
mudah terserang penyakit, misalnya anemia, kekurangan vitamin, dan penyakit
infeksi. Yang paling berbahaya adalah kelainan jantung dan kekurangan cairan
dan elektrolit (natrium, kalium, klorida). Jantung menjadi semakin lemah dan
memompa lebih sedikit darah ke seluruh tubuh. Penderita bisa mengalami
dehidrasi dan cenderung mengalami pingsan. Darah menjadi asam dan kadar kalium
dalam darah berkurang. Bisa terjadi kematian mendadak yang kemungkinan
disebabkan irama jantung yang abnormal. Selain itu terjadi juga perubahan
hormonal yaitu berkurangnya kadar hormon estrogen dan tiroid serta meningkatnya
kadar hormon kortisol (Badriah, 2011).
b.
Bulimia
Bulimia hampir sama dengan anoreksia tetapi dengan
episode binge eating dan
mengompensasinya dengan cara yang ekstrem seperti : memuntahkan makanan dan
olahraga berlebih. Tanda remaja yang mengalami bulimia menurut Marmi (2013):
·
Takut mengalami penambahan berat badan
·
Selalu merasa tidak senang dengan ukuran, bentuk tubuh
dan berat tubuhnya
·
Menghilang setelah makan
·
Kemungkinan hanya makanan – makanan diet
·
Teratur membeli obat laksatif, diuretik dan obat pencahar
·
Olahraga berlebih
·
Menggunakan alkohol dan obat – obatan
·
Siklus menstruasi tidak teratur.
4.
Anemia
Remaja putri
merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada
laki – laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr% dan eritrosit 4,5 – 5,5 jt /
mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr%
dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt / mm3 (Marmi, 2013).
Penyakit ini
terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang
dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh,
sanhat di butuhkan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb).
Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit, dalam bagian – bagian tubuh yang aus dan
dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan
pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi (Notoatmodjo, 2011).
Dampak anemia
pada remaja putri yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa pertumbuhan
mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang,
semangat belajar / prestasi menurun, pada saat akan menjadi calon ibu maka akan
menjadi calon ibu yang berisiko tinggi
untuk kehamilan dan melahirkan (Badriah, 2011).
5.
Kurang Energi Kronis (KEK)
Pada remaja
kurus atau disebut Kurang Energi Kronis pada umumnya disebabkan karena makan
terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis pada remaja perempuan memiliki
hubungan erat dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya, atau
dipandang kurang seksi oleh lawan jenisnya (Marmi, 2013).
6.
Penyakit Gula (Diabetes Melitus)
Sidartawan
(2005) dalam Badriah (2011) menjelaskan bahwa, DM adalah sekumpulan gejala yang
disebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah karena kekurangan insulin secara
absolut atau relatif atau menurunnya tingkat sensitivitas insulin. Diabetes
Melitus terdiri dari empat tipe. Tipe I yaitu diabetes melitus yang bergantung
dengan insulin (IDDM), DM tipe ini biasanya sudah timbul usia anak-anak. DM
tipe II yaitu diabetes yang tidak bergantung pada insulin (NIDDM), jumlah
insulin pada tipe ini banyak, hanya saja kerjanya yang sudah tidak optimal atau
tidak sensitif lagi terhadap kenaikan kadar gula dalam darah. DM tipe ini
banyak terjadi pada usia dewasa. DM tipe III adalah DM yang timbul karena penyakit lain, misalnya infeksi pada
Pankreas dan penyakit-penyakit lainnya. DM tipe IV disebut diabetes melitus
gestasional, karena munculnya diabetes dipicu oleh kehamilan (Badriah,2011).
7.
Kanker
Kanker adalah
pembelahan dan pertumban sel secara abnormal yang tidak dapat dikontrol sehinga
cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga menggangu fungsi
organ tubuh yang terkena. Penyebab kanker belum diketahui secara pasti, tapi
sering dikaitkan dengan faktor lingkungan ( polusi, bahan kimia, dan virus) dan
makanan yang mengandung bahan karsinogen (Badriah,2011).
Menurut
Badriah (2011) beberapa faktor penyebab
gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah :
·
Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologis
dan lost response terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada
indra pengecap (lidah).
·
Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan
pada saluran cerna, gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta
elektrolit karena muntah dan diare
·
Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
·
Peningkatan pengeluaran energi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Remaja
dapat dikategorikan rentan dalam mengahadapi masalah gizi. Beberapa alasan yang
membuat remaja dikategorikan rentan adalah (1) percepatan pertumbuhan dan
perkembangan gaya hidup memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak.(2)
Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. (3) aktiftas fisik yang
tinggi meningktakan kebutuhan energi dan zat gizi. Di samping itu tidak sedikit
remaja yang makan secara berlebiha dan akhirnya mengalami obesitas atau
sebaliknya remaja yang membatasi makan karena kecemasan akan bentuk tubuh
sehingga mengalami kekurangan zat gizi.
Remaja
belum sepenuhnya matang, baik secara fisik maupun psikis. Dalam masa pencarian
identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran yang
tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian, merupakan sebagian
contoh keterpengaruhan ini. Banyak remaja yang lebih memilih makan di luar atau
hanya menyantap kudapan. Lebih jauh kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga,
teman, dan media terutama iklan di televise. Peer group berpengaruh besar pada remaja dalam hal ini memilih
jenis makanan.
Dengan
melihat alasan-alasan tersebut maka perhatian dan penanganan yang lebih besar
untuk msalah gizi pada remaja. Cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah
dengan melibatkan langsung remaja dalam pemilihan makanan yang bergiz,
memberikan pengertian tentang makanan sehat dan melatih tanggung jawab remaja
dalam hal perencanaan makanan, pembelajaran, pemasakan.
B.
Saran
Diharapkan
pada remaja dan dewasa agar lebih memilih dalam hal makanan dan mengkonsumsi
gizi yang seimbang yaitu terdiri dari karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Badriah, Dewi Laelatul. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung
: PT
Refika Aditama.
Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta