Minggu, 23 November 2014

Kebutuhan gizi pada remaja

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Komposisi jumlah penduduk di dunia terbesar adalah remaja. WHO dalam Soetjiningsih (1997) mendefinisikan remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-18 tahun. UNFPA (2003) dalam Badriah (2011) mendefinisikan remaja adalah individu kelompok umur 10-19 tahun yang dibagi dalam dua terminasi yaitu remaja awal yaitu 10-14 tahun dan remaja akhir 15-19 tahun.
Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang mencolok secara fisik dan psikis yang biasa disebut sebagai masa pubertas. Berbagai perubahan tersebut merupakan proses yang secara alami akan dilalui oleh setiap individu (Badriah, 2011).
Perubahan fisik pada remaja akan memengaruhi status kesehatan gizi remaja tersebut. Salah satu area penting dalam kesehatan remaja adalah Kesehatan Reproduksi Remaja. Kesehatan Reproduksi Remaja. (Adolescent Reproductive Health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja. Salah satu unsure yang berperan dalam mewujudkan kesehatan reproduksi pada remaja adalah status gizi. Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Masalah gizi remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR ataupun penurunan kesegaran jasmani yang kahirnya akan memengaruhi kinerja dan produktivitas suatu bangsa (Badriah, 2011).
Status gizi pada anak usia 6-18 tahun  dilakukan dengan penilaian yang sama dengan mengelompokkan menjadi tiga yaitu untuk anak usia 6-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Secara nasional prevalensi anak pendek untuk ketiga kelompok anak masih tinggi yaitu di atas 30%, tertinggi pada kelompok anak 6-12 tahun (35,8%), dam terendah pada kelompok umur 16-18 tahun (31,2%). Prevalensi kurus pada kelompok anak 6-12 tahun dan 13-15 tahun hampir sama sekitar 11%, sedangkan pada kelompok anak 16-18 tahun adalah 8,9%.
Status gizi pada kelompok dewasa diatas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga cukup tinggi. Angka obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki laki. Berdasarkan karakteristik masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang tertinggi pula.
B.            Tujuan
1.             Untuk mengetahui pengertian gizi seimbang bagi remaja dan dewasa;
2.             Untuk mengetahui prinsip gizi remaja;
3.             Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gizi remaja dan dewasa;
4.             Untuk mengetahui kebutuhan gizi seimbang;
5.             Untuk mengetahui masalah gizi pada remaja dan dewasa.




BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Gizi Seimbang bagi Remaja
Gizi seimbang bagi remaja adalah makanan yang dikonsumsi remaja yang mengandung zat sumber tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur serta beraneka ragam jenisnya (Marmi, 2013).
Kecukupan gizi remaja akan terpenuhi dengan pola makan yang beragam dan gizi seimbang. Modifikasi menu dilakukan terhadap jenis olahan pangan dengan memperhatikan jumlah dan sesuai kebutuhan gizi pada usia tersebut dimana sangat membutuhkan makanan yang sangat bergizi.
Menurut Marmi (2013) secara umum, gizi seimbang dijabarkan ke dalam 4 pilar yaitu:
1.             Makan Makanan yang Bervariasi
Agar dalam konsumsi makanan sehari-hari mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik, maka dalam memilih dan mengkonsumsi makanan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.       Adekuat, artinya makanan tersebut memberi zat gizi, fiber, dan energi dalam jumlah yang cukup.
b.      Seimbang, artinya kesimbangan dalam zat gizi lainnya.
c.       Kontrol kalori, artinya makanan tersebut tidak memberikan kalori yang berlebihan.
d.      Moderat (tidak berlebihan), artinya makanan tidak berlebihan dalam hal lemak, garam, gula, dan zat lainnya.
e.       Bervariasi, artinya makanan yang dikonsumsi berbeda setiap hari.

2.             Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktifitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang, bila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktifitas fisik maka akan memudahkan orang mengalami kegemukan. Meningkatnya kesibukan menyebabkan sesorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk berolah raga secara teratur (Marmi, 2013).
3.             Pemantauan Berat Badan
Pemantauan berat badan penting untuk dilakukan secara berkala. Karena berat badan merupakan indikator yang mudah dalam menentukan status gizi seseorang. Perubahan berat badan akan mengindikasikan status kesehatan. Sangat penting bagi individu untuk mempertahankan berat badan ideal. Karena dengan berat badan yang ideal, maka status kesehatan yang optimal dapat diraih. Pemantauan berat badan secara berkala akan menjadi tindakan preventif terhadap obesitas maupun KEK (Marmi, 2013).
4.             Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kebiasaan hidup bersih dan remaja harus ditanamkan sejak kecil, terutama mengenai cuci tangan sebelum makan, menjaga kesehatan gigi dan mulut, menutup makan dengan tudung saji, memilih jajanan makanan minuman yang aman, tidak banyak lemak serta tidak terlalu manis dan terlalu asin. Selain pola hidup bersih, juga perlu diperhatikan pola hidup sehat, seperti tidak merokok, tidak menggunakan narkoba dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol (Marmi, 2013).

B.            Prinsip Gizi pada Remaja
Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena mulai matangnya system hormonal dalam tubuh mereka, sehingga mempengaruhi komposisi tubuh. Perubahan-perubahan itu berlangsung sangat cepat baik pertumbuhan tinggi maupun berat tubuhnya. Hal ini sering disebut masa pubertas dan keadaan ini sangat mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan mereka (Marmi, 2013).
Selain itu, pada usia remaja cenderung memiliki banyak aktifitas yang berpengaruh pada jumlah energi yang dibutuhkan tubuh. Remaja sering merasa lapar dan seringkali juga tidak memikirkan jenis makanan yang mereka makan asalkan mengenyangkan (Marmi, 2013).
Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan terhenti menjelang usia 18 tahun, hal itu tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian lagi. Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktifitas fisik tubuh meningkat sehingga kebutuhan energy akan meningkat (Marmi, 2013).
Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Itu berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang tubuh berlangsung dengan sempurna. Rentang usia pertumbuhan remaja biasanya yaitu anak laki-laki berusia 10-13 tahun dan anak perempuan berusia 9-15 tahun (Marmi, 2013).
Rentang usia diatas tidak selalu sama pada masing-masing individu. Ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung lambat bergantung pada kecepatan aktifitas hormonal mereka. Semakin cepat pertumbuhannya dapat mempengaruhi aktifitas fisik mereka sehingga juga berpengaruh pada asupan gizi yang mereka butuhkan. Untuk itulah status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, baik secara klinis, antopometri, maupun secara psikososial (Marmi, 2013).
C.            Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi pada Remaja
Menurut Marmi (2013) berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhannya zat gizi usia remaja seperti :
·                Penyakit dan kelainan bawaan sejak lahir (genetic)
·                Penyalahgunaan obat-obatan, kecanduan alcohol, dan rokok, hubungan seksual terlalu dini
·                Konsumsi makanan seperti tablet Fe atau makanan mengandung zat besi (defisiensi Fe).
·                Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran
·                Kemampuan daya beli keluarga
·                Pengetahuan tentang gizi
·                Anggapan yang salah, kepala keluarga lebih diutamakan dibandingkan anak dalam pemberian makanan.
·                Pekerjaan atau aktifitas fisik
·                Lingkungan
·                Pengobatan
·                Depresi, stress dan kondisi mental
Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi jumlah konsumsi makanan dan zat-zat gizi, yaitu :
·                Dimulainya masa mencari identitas diri, keinginan utnuk dapat diterima oleh teman sebaya, dan mulai tertarik dengan lawan jenis menyebabkan kita sangat menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola makan kita, misalnya karena takut gemuk kita sarapan dan makan siang atau hanya makan sekali sehari.
·                Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori,protein,vitamin, dan mineral) seperti “makanan ringan” yang saat ini banyak dijual di toko-toko. Camilan tersebut dapat mengurangi selera makan. Sebaliknya, kalau mau ngemil pilih jenis makanan ringan yang bergizi, seperti roti, kacang rebus, dan buah-buahan.
·                Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang juga komposisi gizinya tidak seimbang, yaitu terlalu tinggi kandung kalorinya, efeknya kita jadi mudah gemuk.
·                Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih.

D.           Kebutuhan Gizi Seimbang bagi Remaja
Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari, tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula, dan natrium dan dapat mneingkatkan resiko kemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif dan kuantitatif, akan menyebabkan metabolism tubuh terganggu (Marmi, 2013).
Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.
a.              Energi
Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari BB. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuhan energinya 50-60 kal/kg BB/hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/kg BB/hari. Widykarya Nasional Pangan Gizi VI menganjurkan angka kecukupan gizi energy untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari (Marmi, 2013).
b.             Protein
Kebutuhan protein bagi remaja yaitu 14-16% dari kalori total (0,8-1 gr/kg.BB/hr). kebutuhan protein usia 10-12 tahun adaalh 50 g/hr, 13-15 tahun sebesar 57 g/hr dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/hr. Kecukupan protein bagi remaja adalah 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki (Marmi, 2013).
c.              Lemak
Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak boleh melebihi 25% dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok minyak makan goring untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah (Marmi, 2013).
d.             Serat
Pada manusia usia remaja serat diperlukan untuk memungkinkan proses buang air besar menjadi teratur dan menghindari penyakit. Serat dapat member rasa kenyang yang dalam waktu lama (Marmi, 2013).
e.              Mineral
Mineral dibutuhkan remaja diperlukan dalam jumlah sedikit, sungguhpun demikian peranannya sangat penting dalam berbagai proses metabolism di dalam tubuh (Marmi, 2013).
Kebutuhan mineral usia remaja
·           Calcium : 800-1000 mg/hr (pria),1000-1500 mg/hr (wanita)
·           Zat besi : 10 mg
·           Na : 2,8-7,8 gr/org/hr (batal garam bagi manula yang mengalami masalah kesehatan).
·           Air : 6-8 gelasorg/hr.

f.              Kebutuhan Vitamin
·           Vitamin A 3500-4000 mg/org/hr
·           Vitamin B1 10-1,2 mg/hr
·           Vitamin B6 2,0-2,2 mg/org/hr
·           Vitamin C 60 mg
·           Vitamin D 200-400
·           Vitamin E 8-10 mg/org/hari.

E.            Masalah Gizi pada Remaja dan Dewasa
Berikut ini beberapa masalah gizi yang biasa dijumpai pada remaja antara lain :
1.             Obesitas
Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Di kalangan remaja, obbesitas merupakan permasalahan yang merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius ( Marmi, 2013).
Wahlqviat dalam Badriah (2011) mengatakan bahwa  obesitas adalah keadaan seseorang jika berat badannya lebih dari 30 standar BBI (Berat Badan Ideal) atau juga keadaan jika seorang anak mempunyai berat badan 120% lebih besar dari berat badan seharusnya pada usianya.
Barlow dalam Badriah (2011) obesitas biasanya disebabkan karena remaja tidak dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah yang berlebih sehingga berat badannya melebihi ukuran normal. Pada beberapa kasus obesitas terjadi karena  binge eating disorder, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan sesorang makan dalam jumlah besar secara terus menerus dan cepat tanpa terkontrol. Hal  ini yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya depresi dan memicu obesitas.
Penyakit ini tejadi karena adanya ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu di antaranya dalam jaringan subcutan, dan di dalam jaringan tirai usus. Seseorang diaktakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wamita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya (Notoatmodjo, 2011).
Pada orangyang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit: kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus (Notoatmodjo, 2011).
Dalam Notoatmodjo (2011), berat badan yang ideal pada orang dewasa menurut rumus Dubois ialah:
B (kg) = (Tcm – 10) + 10%, dengan :
B = berat badan hasil perkiraan/ pengukuran
T = tinggi badan.
Dalam Notoatmodjo (2011), oleh bagian gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dilakukan koreksi sebagi berikut:
B (kg) = {(Tcm-100)-10%}+10%.
Contoh: Si Ali (dewasa) diukur tinggi badannya 160 cm maka berat badan Ali yang ideal adalah antara 54 kg sampai 66 kg (paling rendah 54 kg dan paling tinggi 66 kg). Apabila orang deawasa yang tinggi badannya 160 cm, dengan berat badan di bawah 54 kg maka ia kekurangan gizi dan bila lebih dari 66 kg ia termask obesitas (kegemukan) (Notoatmodjo, 2011).
Dalam Notoatmodjo (2011), dewasa ini ahli gizi menentukan seseorang atau kekurangan gizi dengan “indeks massa tubuh” (IMT) “body mass index” (BMI), dengan rumus ;
IMT (BMI) = Berat Badan (dalam kilogram / kg)
                   (Tinggi Badan (dalam meter/m)
Bila hasilnya:
< 18,5       : Kurus (kurang gizi)               = Rendah
18,5 – 25  : Normal (gizi baik)                 = Rata – rata
25 – 29,9  : Gemuk (gizi lebih)                = Berat badan lebih
30+           : Kegemukan (obesitas)           = Berat badan berlebihan.
Remaja putri yang melakukan diet untuk mengurangi berat badannya sejak dini akan membawa risiko kegemukan pada saat mereka dewasa nanti. Semakin keras mereka melakukan diet semakin besar resiko kegemukan yang akan dialami (Badriah, 2011).
Dalam Badriah (2011),  penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk penderita obesitas ini adalah:
a.             Langkah pertama adalah mengembangkan diet yang sehat.
b.             Kemudian olahrafga secara bertahap.
c.             Untuk penderita obesitas yang luar biasa gemuk sehingga bisa mengancam hidupnya dilakukan operasi untuk mengecilkan lambung yang dinamakan gastroplasti atau prosedur penjepian lambung. Setelah operasi pasien hanya makan dengan sejumlah kecil makanan saja sudah menjadi kenyang.

2.             Kurus
Permaisih dalam Badriah (2011) prevalensi IMT kurang atau kurus berkisar antara 30% - 40%. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banayk ditemukan pada remaja wanita. Karena ada motto bahwa “kurus itu indah” bagi remaja wanita maka remaja wanita sering melakukan diet tanpa pengawasan dari dokter atau ahli gizi sehingga zat-zat gizi penting tidak dapat dipenuhi. Padahal masa remaja merupakan masa “rawan gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya.
Remaja yang kurus penampilannya malah cenderung kurang menarik, mudah letih dan risiko sakitpun tinggi. Selain itu orang kurus akan kurang mampu bekerja keras. Jika penyebab kurus itu memang hanya karena kekurangan zat gizi semata atau karena sedang menderita penyakit tertentu tanpa ada faktor psikologis seperti anoreksia dan bulimia maka penanganan bisa segera dilakukan dengan terapi gizi atau dengan pengobatan jika pengobatan jika menderita sakit, dilanjutkan dengan pemulihan gizi. Namun jika penyebabnya adalah karena anoreksia dan bulimia maka penanganannnya perlu dilakukan terpadu antara dokter (psikiater) dan ahli gizi (Badriah, 2011).


3.             Anoreksia Nervosa dan Bulimia
Anoreksia dan buliamia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan gangguan makan yang menyiksa bahkan bisa dikatakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Gangguan tersebut dihasilkan oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan dan ketakutan mental itu akan terpancar melalui penyiksaan fisik (Badriah, 2011).
a.    Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal ini disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai penampilan tubuh hingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Karena ketakutannya itu penderita anoreksia nervosa melakukan diet yang sangat ketat sehingga berat badannya turun secara drastis dalam waktu yang singkat (Badriah, 2011).
Sebab timbulnya kelainan ini juga bisa karena sakit seperti demam, pilek, malaria, tipus dan peradangan. Selain itu penyakit ini muncul karena emosi, gelisah dan kebingungan. Bila disebabkan demam,  pilek, dan penyakit lain biasanya bila sudah sembuh selera makan normal kembali (Badriah, 2011).
Dalam Marmi (2013), berikut ini adalah beberapa tanda remaja yang mengalami anoreksia:
·           Sangat kurus;
·           Olahraga berlebih dan terobsesi untuk mengontrol berat badan;
·           Mengontrol jumlah atau porsi makanan secara sangat berhati-hati;
·           Hanya makan makanan tertentu, serta menghindari makanan seperti susu, daging, tepung dan lain-lain;
·           Menarik diri dari aktivitas sosial, khususnya yang berhibungan dengan makan-makan;
·           Kemungkinan mengalami depresi, latergi, dan merasa kedinginan;
·           Remaja yang mengalami anoreksia dapat mengalami gangguan jiwa bahkan kematian bila tidak teratasi.
Akibat berat badan yang turun jauh dibawah batas normal, fungsi normal tubuh akan terganggu. Pertumbuhan akan terhambat, rambut rontok, siklus haid terganggu dan tubuh mudah terserang penyakit, misalnya anemia, kekurangan vitamin, dan penyakit infeksi. Yang paling berbahaya adalah kelainan jantung dan kekurangan cairan dan elektrolit (natrium, kalium, klorida). Jantung menjadi semakin lemah dan memompa lebih sedikit darah ke seluruh tubuh. Penderita bisa mengalami dehidrasi dan cenderung mengalami pingsan. Darah menjadi asam dan kadar kalium dalam darah berkurang. Bisa terjadi kematian mendadak yang kemungkinan disebabkan irama jantung yang abnormal. Selain itu terjadi juga perubahan hormonal yaitu berkurangnya kadar hormon estrogen dan tiroid serta meningkatnya kadar hormon kortisol (Badriah, 2011).
b.    Bulimia
Bulimia hampir sama dengan anoreksia tetapi dengan episode binge eating dan mengompensasinya dengan cara yang ekstrem seperti : memuntahkan makanan dan olahraga berlebih. Tanda remaja yang mengalami bulimia menurut Marmi (2013):
·           Takut mengalami penambahan berat badan
·           Selalu merasa tidak senang dengan ukuran, bentuk tubuh dan berat tubuhnya
·           Menghilang setelah makan
·           Kemungkinan hanya makanan – makanan diet
·           Teratur membeli obat laksatif, diuretik dan obat pencahar
·           Olahraga berlebih
·           Menggunakan alkohol dan obat – obatan
·           Siklus menstruasi tidak teratur.
4.             Anemia
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada laki – laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr% dan eritrosit 4,5 – 5,5 jt / mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr% dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt / mm3 (Marmi, 2013).
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, sanhat di butuhkan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit, dalam bagian – bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi (Notoatmodjo, 2011).
Dampak anemia pada remaja putri yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar / prestasi menurun, pada saat akan menjadi calon ibu maka akan menjadi  calon ibu yang berisiko tinggi untuk kehamilan dan melahirkan (Badriah, 2011).
5.             Kurang Energi Kronis (KEK)
Pada remaja kurus atau disebut Kurang Energi Kronis pada umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya, atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenisnya (Marmi, 2013).
6.             Penyakit Gula (Diabetes Melitus)
Sidartawan (2005) dalam Badriah (2011) menjelaskan bahwa, DM adalah sekumpulan gejala yang disebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah karena kekurangan insulin secara absolut atau relatif atau menurunnya tingkat sensitivitas insulin. Diabetes Melitus terdiri dari empat tipe. Tipe I yaitu diabetes melitus yang bergantung dengan insulin (IDDM), DM tipe ini biasanya sudah timbul usia anak-anak. DM tipe II yaitu diabetes yang tidak bergantung pada insulin (NIDDM), jumlah insulin pada tipe ini banyak, hanya saja kerjanya yang sudah tidak optimal atau tidak sensitif lagi terhadap kenaikan kadar gula dalam darah. DM tipe ini banyak terjadi pada usia dewasa. DM tipe III adalah DM yang timbul  karena penyakit lain, misalnya infeksi pada Pankreas dan penyakit-penyakit lainnya. DM tipe IV disebut diabetes melitus gestasional, karena munculnya diabetes dipicu oleh kehamilan (Badriah,2011).
7.             Kanker
Kanker adalah pembelahan dan pertumban sel secara abnormal yang tidak dapat dikontrol sehinga cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga menggangu fungsi organ tubuh yang terkena. Penyebab kanker belum diketahui secara pasti, tapi sering dikaitkan dengan faktor lingkungan ( polusi, bahan kimia, dan virus) dan makanan yang mengandung bahan karsinogen (Badriah,2011).
Menurut Badriah (2011)  beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah :
·           Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologis dan lost response terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah).
·           Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan pada saluran cerna, gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta elektrolit karena muntah dan diare
·           Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
·           Peningkatan pengeluaran energi.



BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Remaja dapat dikategorikan rentan dalam mengahadapi masalah gizi. Beberapa alasan yang membuat remaja dikategorikan rentan adalah (1) percepatan pertumbuhan dan perkembangan gaya hidup memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak.(2) Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan menuntut penyesuaian asupan  energi dan zat gizi. (3) aktiftas fisik yang tinggi meningktakan kebutuhan energi dan zat gizi. Di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebiha dan akhirnya mengalami obesitas atau sebaliknya remaja yang membatasi makan karena kecemasan akan bentuk tubuh sehingga mengalami kekurangan zat gizi.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik maupun psikis. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian, merupakan sebagian contoh keterpengaruhan ini. Banyak remaja yang lebih memilih makan di luar atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media terutama iklan di televise. Peer group berpengaruh besar pada remaja dalam hal ini memilih jenis makanan.
Dengan melihat alasan-alasan tersebut maka perhatian dan penanganan yang lebih besar untuk msalah gizi pada remaja. Cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan melibatkan langsung remaja dalam pemilihan makanan yang bergiz, memberikan pengertian tentang makanan sehat dan melatih tanggung jawab remaja dalam hal perencanaan makanan, pembelajaran, pemasakan.


B.            Saran
Diharapkan pada remaja dan dewasa agar lebih memilih dalam hal makanan dan mengkonsumsi gizi yang seimbang yaitu terdiri dari karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.

   

DAFTAR PUSTAKA
Badriah, Dewi Laelatul. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : PT
          Refika  Aditama.
Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta